TEBANG MUAT ANGKUT - Kabupaten Pasuruan

TEBANG MUAT ANGKUT

2551x dibaca    2022-02-07 15:44:55    Administrator

TEBANG MUAT ANGKUT

Oleh :

GATI WINDIASTIKA, SP. MP.

Pengawas Benih Tanaman Ahli Muda

Kegiatan tebang, muat, angkut (TMA) pada tanaman tebu merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan sebagai kegiatan memanen hasil tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik. Kegiatan TMA harus ditangani dengan baik agar menghasilkan kualitas kadar gula yang baik pula. Kegiatan TMA merupakan kegiatan pascapanen yang harus mendapat perhatian secara cermat. Risiko kehilangan produksi gula karena TMA sangat besar, baik dari aspek kuantitas seperti pasokan bahan baku tebu dan tebu tertinggal/ter-buang, maupun aspek kualitas seperti umur panen tebu yang tepat dan varietas tebu yang ditanam. Kriteria keberhasilan pelaksanaan TMA diukur dari kontinuitas pasokan bahan baku sesuai kapasitas giling dan mutu tebang yang layak giling.

Mutu tebu hasil tebangan sangat dipengaruhi oleh kesiapan prasarana, sarana angkutan, sumber daya tenaga tebang, kondisi lingkungan, kelancaran giling pabrik, dan sistem pengupahan tenaga tebang dan angkutan. Penebangan tebu pada dasarnya sama dengan prinsip panen tanaman la-innya, yaitu memilih tebu yang masak untuk ditebang terlebih dahulu, dengan asumsi bahwa tebu yang masak akan diperoleh rendemen yang tinggi. Pelaksanaan tebang tebu akan berjalan dengan lancar bila tebu di lapangan dalam kondisi layak tebang. Tebu layak tebang apabila kondisi tebu tidak roboh, bersih (daunnya sudah diklenthek), tinggi tebu cukup (>2m) dan sudah masak (kemasakan >20%). Tebu yang ditebang dengan kualitas baik, akan berpengaruh terhadap pendapatan petani tebu, karena tebu tersebut mempunyai rendemen yang tinggi.

Jika rendemen tinggi maka harga beli dari pabrik juga tinggi. Oleh karena itu pengukuran rendemen menjadi hal yang sangat penting bagi pabrik maupun petani tebu Alat pengukur rendemen tebu yang cepat dan akurat adalah menggunakan gelombang ultrasonik yang dapat diterapkan pada pabrik gula. Hal demikian akan sangat membantu pihak pabrik maupun petani tebu.

Pemanenan Tebu

Panen tebu merupakan kegiatan memungut seluruh batang tebu yang telah siap dipanen dan dapat diolah menjadi gula dalam keadaan yang optimum. Ketersediaan tenaga tebang amat penting guna memperlancar kegiatan TMA. Selain harus berfisik kuat untuk memuat batangan-batangan tebu yang diikat ke bak truk, penebang harus terampil memotong batang tebu. Kelancaran panen akan menghasilkan penyediaan tebu di pabrik secara berkesinambungan dan dalam jumlah sesuai dengan kapasitas giling. Sehingga tebu dapat diolah dalam keadaan relatif segar. Selain itu kelancaran panen mempengaruhi efisiensi pengolahan.

Cara pemanenan yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan kriteria teknis pemanenan, akan menimbulkan kerugian cukup besar. Sebagai contoh, kesalahan dalam menentukan saat panen atau teknis pola tebang yang tidak didasarkan pada kemasakan, sebaran lokasi, dan pembatasan penebangan akan berdampak pada hasil yang lebih sedikit maupun kualitas yang kurang baik. Dua hal pokok yang harus dilakukan agar pemanenan tanaman tebu dapat memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh pabrik gula antara lain adalah penentuan saat panen dan kegiatan tebang muat angkut. Seperti tanaman lain, panen tebu dilakukan pada tingkat kemasakan optimum, yaitu saat tebu dalam kondisi mengandung gula tertinggi.

Tipe kemasakan tebu dibagi menjadi tiga, yaitu masak awal, masak tengah, dan masak lambat. Pada tebu yang masak awal umur optimalnya antara 8 sampai 10 bulan, masak tengah berumur lebih dari 10 sampai 12 bulan, dan masak lambat berumur lebih dari 12 bulan. Prinsip panen tebu adalah manis, bersih, dan segar (MBS). Untuk mengetahui tingkat kemasakan tebu harus dilakukan analisis kemasakan tebu secara periodik (setiap 15 hari sekali) sejak dua atau tiga bulan sebelum mulai giling. Analisis yang dilakukan dengan cara menggiling contoh tebu digiling kecil di laboratorium. Setelah dilakukan berbagai perhitungan akan menghasilkan data tentang tingkat kemasakan, rendemen, kemampuan peningkatan rendemen, dan daya tahan tebu. Dengan menganalisis data tersebut dan memperhatikan faktor lingkungan serta kapasitas giling, maka dapat disusun jadwal panen dari berbagai kebun sesuai saat optimum kemasakannya. Penyusunan jadwal panen tersebut dimusyawarahkan dalam Forum Musyawarah Produksi Gula (FMPG) karena petani pemilik tebu mempunyai hak ikut menetapkan saat panen miliknya. Dalam kegiatan TMA termasuk didalamnya pengaturan jadwal penebangan, pemuatan tebangan, dan pengangkutan sampai di pabrik gula.

Pada tebu rakyat, panen tebu termasuk dalam tanggung jawab petani, karena petani menyerahkan di tempat penimbangan pabrik gula. Namun dalam pelaksanaannya, sebagian besar petani menyerahkan pelaksanaan panen kepada pabrik gula yang bertanggung jawab atas kepengurusan dan pengaturan kegiatan tersebut. Kadang-kadang petani juga menguasakan pelaksanaan panen kepada Koperasi Unit Desa (KUD) ataupun Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR). Tetapi umumnya KUD/KPTR lebih cenderung melaksanakan sebagian saja, yaitu kegiatan angkutan yang kebanyakan dilakukan dengan truk.

Kegiatan TMA merupakan kegiatan kritis dalam proses produksi di pabrik gula, karena tidak tepatnya penanganan dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Panen tebu dilakukan dengan menebang batang-batang tebu yang sehat (tebu layak giling), mengumpulkan dan mengangkut ke pabrik gula untuk digiling. Penebangan dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis dengan menggunakan tenaga mesin seperti mesin tebang tebu. Penebangan tebu secara manual dilakukan dengan cara membongkar guludan tebu dan mencabut batang-batang tebu secara utuh untuk kemudian dibersihkan dari tanah, akar, pucuk, daun kering, dan kotoran. Teknik pola tebang harus didasarkan pada kriteria kemasakan, sebaran lokasi dan pembatasan penebangan, kotoran tidak boleh lebih dari 5%. Untuk tanaman tebu yang akan dikepras, pangkal tebu disisakan di dalam tanah sebatas permukaan tanah asli agar dapat tumbuh tunas yang akan dipelihara lagi sebagai tanaman ratoon.

Aturan tebang tebu antara lain sebagai berikut: (1) Tebu yang ditebang sudah masak optimal, yaitu kandungan gula maksimal sedangkan kandungan asam-asam organik dan gula reduksi minimal, (2) Bagian pucuk batang tebu dibuang, bagian ini kaya dengan kandungan asam-asam amino dan miskin kandungan gula, (3) Ditebang hingga bagian pangkal batang, pada bagian tersebut kandungan gulanya tertinggi, (4) Tebu tunas dibuang karena tebu ini kaya kandungan asam-asam organik, gula reduksi dan asam amino, dan miskin kandungan gula, (5) Tebu bersih dari kotoran, utamanya daun tebu kering yang mengandung silika, tanah, dan kotoran lainnya, yang dapat mempercepat keausan pada rol-rol gilingan tebu di pabrik gula.

Masalah yang umum timbul dalam tebang muat antara lain adalah penentuan giliran tebang. Hal ini disebabkan karena saat tanam belum sepenuhnya dapat diatur sesuai dengan tipe kemasakan tebu dan giliranan tebang. Selain itu, saat kemasakan optimum tebu jatuh hampir pada masa yang bersamaan sehingga penebangan harus diatur secara bergilir. Dengan demikian sebagian tebu terpaksa digiling lebih awal atau lebih lambat dari umur kemasakannya. Pada pabrik gula yang mengolah tebu petani, penentuan gilir tebang sulit diterapkan sehingga pola tebang lebih banyak ditentukan oleh hasil kompromi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya perebutan giliran tebang. Dalam praktiknya tebang diselenggarakan berdasarkan jatah bagi kelompok tani. Faktor ini menjadi kendala utama untuk menghasilkan tebu giling bermutu tinggi. Faktor lain yang merupakan kendala teknis dalam kegiatan TMA yang optimal adalah lokasi kebun tebu yang jauh dari pabrik gula dengan kondisi jalan yang buruk, sehingga waktu tunggu antara tebang dan giling menjadi lama, umumnya melebihi 48 jam. Waktu tunggu yang lama menyebabkan tingkat kadar gula dalam tebu mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan sukrosa yang terkandung dalam batang tebu akan terhidrolisis oleh enzim invertase menjadi gula sederhana. Untuk itu haruslah diupayakan agar tebu yang dipanen telah sampai di pabrik dalam waktu kurang dari 48 jam.

Sarana pelaksanaan tebang muat angkut tebu adalah (1) Timbangan berupa jembatan timbang, (2) Alat pengangkut tebu dari lahan ke pabrik, (3) Alat tebang manual berupa parang, golok, maupun sabit khusus, dan (4) Alat muat manual oleh manusia atau alat muat mekanis. Sedangkan prasarana tebang muat angkut tebu adalah (1) Jalan lori, (2) Jalan mobil, dan (3) Jembatan. Ketiga prasarana tersebut harus dipersiapkan dengan baik, agar dapat memperlancar lalu lintas angkutan tebu dari kebun ke pabrik gula sehingga kontinuitas pasokan tebu sesuai kapasitas giling, dengan sisa pagi maksimal 15% dari kapasitas giling dengan mutu tebang layak giling sesuai standar manis, bersih, dan segar (MBS).

Prinsip panen tebu adalah manis, bersih, dan segar (MBS), yang berarti 1. Manis (M) dapat dilakukan dengan memanen tebu pada umur minimal 10 bulan dan maksimal 14 bulan sesuai kemasakan tebu. Bebas sogolan (tebu muda) yang panjangnya kurang lebih 1,5 meter, karena kandungan gulanya rendah. Jika dipanen dengan cara tebang bawah, maka sisa batang bawah maksimal 5 cm dari permukaan tanah. 2. Bersih (B) dapat dilakukan dengan cara hasil tebangan tebu yang akan digiling harus bersih dari kotoran-kotoran berupa daun kering, daun hijau, pucuk tebu, tebu muda (sogolan) ± 1,5 meter, tebu mati, tanah, akar, dan rumput, atau bahan lain non-tebu. 3. Segar (S) dapat diperoleh dengan cara hasil tebangan tebu berwarna hijau atau tidak terbakar. Waktu tunda sejak tebu ditebang sampai digiling maksimal 48 jam di kebun dan di pabrik gula dengan sistem first in first out (FIFO). Waktu tunda tebang terjadi karena angkutan tidak lancar.

Tebang Tebu

Tebang tebu dapat dilakukan pada plant cane (tanaman yang berasal dari bibit baru atau PC) maupun ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan) dilakukan dalam bentuk tebu segar (green cane). Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut : (1) Umur 8 – 12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya, (2) Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan telah menguning maupun munculnya bunga. Selain itu tipe kemasakan tebu, masak awal, tengah, dan lambat adalah untuk memenuhi daya tampung pabrik pada masa giling. Pada saat penebangan tebu yang tidak ada hujan, diusahakan menebang pada kebun yang jauh dari pabrik dan pada saat ada hujan, di kebun-kebun yang dekat dengan pabrik gula.

Cara penebangan yang dapat dilakukan terbagi menjadi yaitu manual dan mekanis. 1. Manual, penebangan ini dilakukan dengan menggunakan alat tebang berupa sabit. Cara tebangan adalah “pandas”, artinya tepat pada permukaan tanah. 2. Mekanis, penebangan dilakukan dengan menggunakan cane harvester. Alat ini hanya digunakan pada pabrik gula swasta maupun perseroan terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) yang mempunyai lahan luas seperti PTPN X dan XI.

Muat Tebu

Memuat tebu yang telah ditebang menggunakan alat angkut berupa lori maupun truk. Pemuatan tebu tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan mekanis. 1. Mekanis, yaitu menggunakan mesin pemanen tebu yang langsung ditampung ke dalam lori maupun truk pemuat tebu. 2. Manual, yaitu menggunakan tenaga manusia dengan cara dipanggul, dimuat dalam bentuk bundle cane (ikatan), setiap ikatan terdiri atas 20–25 batang tebu. Batang tebu yang akan dimuat menggunakan alat angkut ada tiga macam yaitu tebu ikat, tebu urai, dan tebu potong. (1). Tebu ikat adalah pangkal batang tebu ditebang rata dengan permukaan tanah menggunakan golok, demikian juga pucuk tebunya dipotong pada ruas terakhir. Kurang lebih 30 batang tebu diikat dengan tali bambu atau dapat juga dengan kulit tebu. Namun bila menggunakan kulit tebu membawa sampah ke pabrik sekitar 8%, jika menggunakan tali bambu hanya sekitar 2,87%. Tebu yang sudah diikat dinaikkan ke atas truk kemudian diangkat ke pabrik. Rata-rata tiap orang mampu menebang tebu 2–3 ton per hari. Untuk truk dengan bak terbuka, muatannya dibongkar dengan menggunakan cane stacker (mesin pengambil ikatan tebu). Sedangkan truk dengan bak kotak (box truck) dibongkar dengan menggunakan tipper (mesin pengangkat truk, agar muatan tebu mengalir ke tempat penampungan). (2). Tebu urai adalah pangkal batang tebu ditebang rata dengan permukaan tanah menggunakan golok dan dipotong bagian pucuknya pada ruas terakhir. Selanjutnya tanpa diikat tebu ditumpuk sehingga membentuk onggokan sebesar cakupan mesin pemuat. (3). Tebu potong adalah tebu dipotong-potong sepanjang ± 25 cm, menggunakan mesin potong. Mesin bekerja di setiap petak mulai dari baris tanaman paling tepi, disampingnya diikuti box truck dan dipastikan bahwa potongan tebu yang keluar dari cerobong mesin potong jatuh tepat di dalam bak truk. Pekerjaan ini dilakukan sampai ujung petak selanjutnya pindah ke baris tanaman berikutnya sampai bak truk penuh. Demikian seterusnya sampai dengan petak selesai. Sistem ini biasanya hanya dioperasikan pada saat jumlah tenaga tebang menurun. Pemuatan tebu tersebut merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam proses produksi. Untuk itu dalam pelaksanaannya harus direncanakan dengan cermat sehingga waktu tempuh menuju pabrik tidak lebih dari 24 jam. Tebu memiliki waktu ideal untuk menunggu selama 9 jam dan maksimal 24 jam setelah proses penebangan. Apabila muat tebu tersebut >24 jam, maka tebu akan mengalami susut rendemen. Hasil produksi lebih banyak menghasilkan tetes (limbah proses pengolahan tebu) dari pada gula. Hal tersebut, disebabkan sukrosa yang berada di dalam tebu sudah pecah dan sulit dipisahkan dari batang-batang tebu yang digiling lebih dari 24 jam.

Angkut Tebu

Tebu yang diangkut truk masuk pabrik melalui portal yang digunakan sebagai pembatas ketinggian muatannya. Jika muatan terlalu tinggi maka truk pengangkut tebu tidak dapat melewati atau sebagian muatan yang dibawa akan jatuh dengan sendirinya karena tersangkut portal pintu masuk. Selanjutnya truk antri untuk mengecek rendemen/kadar gula dari tebu yang dibawa. Tebu yang dibawa ke pabrik gula harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Tebu yang dibawa ke pabrik bersih, yaitu terbebas dari daun kering, daun hijau, pucuk tebu, tebu muda/sogolan, tebu mati, tanah, akar, dan rumput, atau bahan lain non-tebu. 2. Tebu yang dibawa ke pabrik gula harus segar dan bukan tebu hasil tebangan yang sudah beberapa hari yang lalu atau tebu yang sudah layu. Apabila truk yang membawa tebu yang tidak sesuai dengan kriteria tesebut di atas maka akan dikembalikan atau tidak diterima oleh pabrik gula. Selanjutnya pada truk yang memenuhi kriteria pabrik, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel kadar gula. Untuk mengetahui kadar gula dilakukan dengan mengambil contoh/sampel sebatang tebu secara acak, lalu tebu itu diperas dan perasan air tebu diteteskan ke alat ukur kadar gula. Setelah dilakukan cek kadar gula (brix) selanjutnya dicatat di faktur tebang angkut dan dibubuhi cap dan paraf petugas. Setelah tebu di dalam truk diukur kadar gulanya, maka dilanjutkan dengan penimbangan berat tebu. Truk melintasi jembatan timbang, pada saat penimbangan tersebut sopir dan penumpang wajib turun. Berat truk beserta muatan dicatat pada faktur dan dibubuhi cap dan tanda tangan petugas. Truk selanjutnya antri menuju crane atau alat untuk membongkar muatan truk tebu. Setelah giliran untuk dibongkar, crane diturunkan selanjutnya sopir mengaitkan rantai yang telah terpasang di truk saat akan muat tebu. Petugas menyiapkan lori kereta tebu, setelah siap, tebu diderek/diangkat dengan crane dari bak truk dipindah ke lori. Setelah muatan dipindahkan ke lori, selanjutnya truk tersebut digeser maju ke depan untuk memberi kesempatan bongkar pada truk antrian yang berikutnya. Tebu yang telah berada di lori dibawa masuk ke dalam pabrik. Untuk menarik deretan lori menggunakan lokomotif penarik gerbong lori tebu. Dengan masuknya tebu tersebut ke pabrik, maka kegiatan angkut tebu telah selesai.

Penentuan sampling nira tebu untuk menentukan rendemen individu, dengan menggunakan alat core sampler (sistem core sampling). Sistem ini mampu memberikan akurasi data yang tinggi, sistem core sampling terbukti mampu menjadi dasar screening kualitas tebu secara cepat bagi pabrik, sehingga kemungkinan untuk menyeragamkan kualitas tebu yang akan digiling di pabrik dapat dilakukan. Penerapan Sistem core sampling untuk mendukung penghitungan rendemen individu yang lebih akurat sudah terbukti dapat menambah keharmonisan hubungan kemitraan antara petani dan pabrik gula. Adanya transparansi proses pengambilan sampel per truk, analisa di minilab dan kecepatan penghitungan rendemen individu dapat meningkatkan kepercayaan petani pada pabrik gula. Selain itu, karena sampel tebu per truk tidak tercampur, maka petani yang membawa tebu dengan kualitas baik akan mendapatkan apresiasi rendemen individu yang baik pula, dan sebaliknya petani yang membawa tebu dengan kualitas jelek akan mendapatkan hasil penghitungan rendemen individu yang rendah. Hal ini tentu saja dapat menjadi pemicu bagi petani untuk menyediakan tebu dengan kualitas yang baik (layak giling).

Penutup

Kegiatan TMA tebu merupakan kegiatan kritis dalam proses produksi gula karena tidak tepatnya penanganan dapat menimbulkan kerugian cukup besar. Panen tebu dilakukan dengan menebang batang-batang tebu yang sehat, mengumpulkan dan mengangkut ke pabrik gula untuk digiling. Tebang dan muat tebu dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis dengan menggunakan tenaga mesin. Sedangkan angkut tebu dilakukan menggunakan truk maupun lori. TMA harus direncanakan dengan baik agar dihasilkan tebu bermutu baik dan pelaksanaannya sesuai dengan periode giling pabrik gula serta berkesinambungan. Untuk meningkatkan produksi dapat digunakan Integrasi Ketersediaan Bahan Baku dan Manajemen Tebang Angkut Berdasarkan Klaster PG Berbasis Tebu. Dengan adanya integrasi berbasis klaster, komitmen pabrik gula dalam menggiling tebu di wilayah klaster semakin meningkat. Diharapkan lalu lintas pengiriman tebu dapat lebih efektif dan efisien sehingga tidak mengurangi potensi rendemen akibat waktu perjalanan yang terlalu lama dan tebu sesuai dengan kategori Manis, Bersih dan Segar (MBS).

DAFTAR PUSTAKA

Gandhi. 2017. Optimasi Sistem Antrian dan Penjadwalan Manajemen Tebang Muat di PT. Perkebunan Nusantara, Pabrik Gula Kedawoeng, Pasuruan https://cdn.repository.uisi.ac.id/5669-xoWM/11. BAB I PENDAHULUAN.pdf

Yunarti, Desi. 2016. Studi Penentuan Jadwal Tanam dan Jadwal Tebang Tebu Dalam Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku Pabrik Gula (Studi Kasus Pada PTPN VII Perkebunan Tebu Cinta Manis). Universitas Muhammadiyah Palembang.

Komentar (0)

  1. Belum ada komentar


Tulis Disini