IMPLEMENTASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
DI KELOMPOK TANI SUBUR MAKMUR III DESA JATIARJO KECAMATAN PRIGEBN KABUPATEN PASURUAN
Oleh:
Rudi Hartono, SP.
ULPPTP Kabupaten Pasuruan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
95% dari luas areal perkebunan kopi tersebut merupakan perkebunan rakyat. Secara umum pada perkebunan rakyat, peningkatan luas areal tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas dan mutu. Rendahnya produktivitas maupun mutu kopi pada perkebunan rakyat biasanya disebabkan oleh umur tanaman yang sudah tua, kurangnya pemeliharaan / perawatan kebun oleh petani dan adanya serangan hama penyakit (Hasna, 2011).
Adanya serangan /gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) mengakibatkan produksi menurun dapat pada tingkat yang merugikan. Di perkirakan rata - rata 30 % pengurangan hasil dan produk potensial suatu komoditi disebabkan oleh adanya hasil serangan OPT (Kusmiati, 2012).
OPT utama pada tanaman kopi adalah Hypothenemus hampeii, Hemileia vastatrix, Xylosandrus morigerus, Coccus viridis, Cercospora coffeicola, Nematoda, Xyleborus compactus, dan Planococcus citri.
Penanganan masalah OPT diterapkan konsep Pengendalian Hama secara Terpadu (PHT) sesuai dengan Undang-Undang nomor 12 1992 dan PP No 5/1995 yang dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab petani dengan pemerintah. PHT merupakan suatu cara pengelolaan OPT dengan sangat memperhatikan faktor teknis, ekonomi, ekologis dan sosialisasi. Penerapan PHT di bidang perkebunan, pengamatan dan pengendalian terhadap OPT merupakan kegiatan antara dalam pelaksanaan perlindungan tanaman. Pengamatan perlu dilakukan oleh petani secara periodik di kebunnya masing-masing.
Pengamatan dan pemantauan kondisi lingkungan dan serangan berbagai OPT pada tanaman kopi merupakan tujuan didalam pengambilan keputusan tentang tindakan pengendalian OPT yang diperlukan. Arti penting data dalam PHT maka data serangan OPT dituntut, aktual, up to date, dan deskiptif.
Mengingat kerugian yang ditimbulkan oleh serangan OPT cukup besar baik secara kuantitas maupun kualitas pada tanaman kopi maka Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur melalui Bidang Perlindungan Perkebunan melaksanakan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi yang salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan tepatnya pada kelompok tani Subur Makmur III Desa Jatiarjo Kecamatan Prigen.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi ini bertujuan untuk:
a. Meminimalisir keadaan dan perkembangan serangan OPT tanaman kopi di wilayah Kabupaten Pasuruan
b. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan wawasan berpikir petani dalam menangani OPT yang menyerang Tanaman Kopi. Dengan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
2. Sasaran
Sasaran Pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi ini adalah Petani sebanyak 20 orang pada Kelompok Tani Subur Makmur III Desa Jatiarjo Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan
C. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman kopi antara lain :
1. Pelaksanaan budidaya tanaman sehat dengan menerapkan teknik budidaya yang baik (GAP)
2. Pelaksanaan pengamatan OPT utama pada tanaman kopi
3. Pelaksanaan perbanyakan bahan pengendali dengan menggunakan musuh alaminya dengan media padat
4. Pelaksanaan pengendalian OPT dengan aplikasi cendawan Beauveria bassiana dan Trichoderma sp hasil perbanyakan yang dilakukan oleh kelompok tani
5. Pengendalian OPT dengan menggunakan perangkap Feromon
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi
1. Waktu
Waktu Pelaksanaan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi adalah dimulai pada bulan Juni 2023
2. Tempat
Tempat Pelaksanaan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi yaitu di sekretariat Kelompok tani Subur Makmur III Desa Jatiarjo Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan.
Kebun pembelajaran adalah kebun kopi milik Pak Rasub (ketua kelompok tani)
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang disediakan oleh panitia adalah sebagai berikut :
1. Alat :
- Gunting pangkas
- Gergaji pangkas
- Jarum ose
- Lampu bunsen
- Kantong Plastik
- Stapler dan isi
- Baki Plastik
- Entong Plastik
- Alat Perangkap air
2. Bahan :
- Stater cendawan Beauveria bassiana
- Stater cendawan Trichoderma sp
- Alkohol 70%
- Spiritus
C. Metode
Metode pelaksanaan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman kopi adalah metode pembelajaran orang dewasa (Andragogi) yang diawali dengan Pree-test dan dari hasil Pree-test itulah kemudian Panitia dan Narasumber menyusun materi pebelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta.
Dengan metode ini maka peserta bukanlah sebagai murid dan Narasumber juga bukan sebagai guru, maka yang terjadi adalah lebih banyak mengungkapkan, menganalisa, menyimpulkan dan memutuskan. Dala pembelajaran diskusi masing-masing kelompok kecil menjadi penting yang hasilnya dituangkan dalam kertas koran dan dipresentasikan oleh masing-masing kelompok kecil. Dengan Metode pembelajaran seperti ini maka pembelajaran di kebun lebih banyak porsinya dari pada pembelajaran di kelas.
D. Tahapan Aktifitas / Jadwal Kegiatan
Tahapan Aktifitas / Jadwal Kegiatan pelaksanaan Pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah sebagai berikut :
Tabel : Jadwal Kegiatan Pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi
No | Hari /Tanggal | Kegiatan | Pelaksana | Ket. |
1 | Rabu 12 Juli 2023 | Sosialisasi kegiatan Penerapan PHT pada tanaman kopi tahun 2023 | Panitia dan Narasumber |
|
2 | Kamis 13 Juli 2023 | - Pengamatan Awal - Perbanyakan APH Beauveria bassiana dan Trichoderma sp | Narasumber |
|
3 | Kamis 20 Juli 2023 | Pembuatan Rorak dan Pangkasan bentuk | Narasumber |
|
4 | Kamis 27 Juli 2023 | - Aplikasi cendawan Beauveria bassiana, Pemasangan Feromon Hyphotan - Pangkasan Lepas Panen dan Pengamatan Akhir dan - Penutupan | Narasumber Panitia |
|
E. Uraian Kegiatan
Adapun uraian kegiatan Pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi adalah sebagai berikut :
1. Sosialisasi Pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi merupakan Sub kegiatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan.
Sosialisasi dilaksanakan di sekretariat kelompok tani Subur Makmur III yaitu di Desa Jatiarjo Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan dan dihadiri oleh semua peserta pelatihan, Pejabat Fungsional Bidang Perlindungan Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Kepala Bidang Tanaman Perkebunan dan Pejabat Fungsional nya serta Narasumber yang ditunjuk.
Agar pelaksanaan kegiatan ini berjalan baik dan lancar maka dimohon semua anggota kelompok tani Subur Makmur III berperan aktif melaksanakan masing-masing kegiatan dan tidak segan-segan bertanya, berdiskusi dengan narasumber yang sudah ditunjuk yaitu dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya.
2. Sebelum masuk pada meteri pembelajaran, peserta dan narasumber melakukan pengamatan awal kondisi dan keadaan OPT yang menyerang dan dilanjutkan dengan Pelatihan Penerapan budidaya yang baik Good Agriculture Practice (GAP) dengan pembuatan rorak, pelaksanaan panen sesuai tahapannya, Pemangkasan Lepas Panen (PLP) dan Pangkasan bentuk pada tanaman muda pada kebun pembelajaran milik ketua kelompok tani.
Gambar 2 : Pembuatan Rorak
3. Melaksanakan Perbanyakan perbanyakan Agen Pengendali Hayati (APH) cendawan Beauveria bassiana dan Thricoderma sp. media padat oleh peserta pelatihan dengan arahan dari narasumber.
Agen Pengendali Hayati (APH) yang digunakan adalah cendawan Beauveria bassiana hasil perbanykan yang dilakukan oleh peserta pelatihan, Beauveria bassiana merupakan parasitoid hama Penggerek Buah Kopi (PBKo) yang merupakan salah satu hama utama pada tanaman kopi, karena cendawan ini merupakan cendawan yangbersifat hypofag artinya tidak hanya memarasit satu jeis hama saja maka disamping untuk pengendalian hama PBKo juga dapat mengendalian Penggerek cabang (Xylosandrus morigerus) dan penggerek batang (Zeuzera sp) yang keduanya merupakan hama utama juga.
Aplikasi dilakukdan pada pagi hari pukul 06.00 wib dan atau sore hari pukul 16.00 wib. Apabila setelah aplikasi cendawan ini pada malam harinya terjadi hujan maka aplikasi akan di ulang kembali.
Gambar 4. Perbanyakan APH cendawan Beauveria bassiana dan Trichoderma sp
4. Pemasangan perangkap Feromon Hypotan pada kebun Kopi yang dimulai dengan teknik/cara pemasangan yang efektif baik jaraknya, ketinggiannya dan teknik penghitungan hasil tangkapannya.
Feromon yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Hypotan yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang sudah teruji dan hasilnya tidak diragukan lagi.
Hypotan serangga Penggerek Buah Kopi (PBKo, Hypothenemus hampei), yang ramah lingkunganhama ini merupakan buah kopi yang mengakibatkan penurunan produksi dan kualitasnya.
Adapun cara pemasangan perangkap feromon ini di dalam kebun kopi adalah sebagai berikut :
- Hypotan dalam sashet digantungkan dalam perangkap dan diberi lubang kecil dengan cara ditusuk jarum di bagian atasnya
- Perangkap yang dibantu oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur terlebih dahulu dilakukan perangkaian sehingga terbentuk perangkap yang siap di pasang.
- Perangkap diisi air yang dicampur sedikit sabun sebanyak setengah bagian
- Perangkap yang sudah dipasang Hypotan dan sudah diisi air dipasang di antara pohon kopi dengan ketinggian 160-180 cm (sedikit diatas tanaman kopi atau sama dengan tanaman kopi)
- Pemasangan feromon dan perangkap PBKo ini tidak boleh terlalu tinggi dan tidak diperkenankan terlalu rendah mengingat cara terbang dari imago hama PBKo
- Pemasangan perangkap ini diupayakan setelah semua tahapan panen selesai atau saat buah kopi sudah tidak ada di kebun)
Setelah feromon terpasang di kebun maka pada ke esokan harinya perangkap di lihat dan diamati berapa ekor hama yang masuk.
F. Pembiayaan
Kegiatan Pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi ini dibiayai dari sumber dana APBD Provinsi Jawa Timur.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3,1 OPT Penting Yang ditemukan pada Tanaman Kopi
1. Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)
Taksonomi
Gejala Serangan
Pada umumnya H. hampei menyerang buah dengan endosperma
yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang.
Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk
mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah, warnanya berubah
menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang
bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji
berlubang. Biji kopi yang cacat sangat
berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada
kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab
utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh
kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam biji
(Tobing et al., 2006).
2. Xylosandrus morigerus (Penggerek cabang kopi)
Taksonomi
Gejala Serangan
Kumbang ini disebut bubuk cabang ini menyerang tanaman Kopi, Serangannya menyebabkan ranting atau cabang mati dan daun-daun menjadi layu, Hama ini Biasanya lebih senang menyerang cabang/ranting yang tua/sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang ini membuat lubang masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga pohon tidak berbuah. Kematian ranting akibat serangan serangan Xylosandrus sp. dapat menurunkan hasil panen yang cukup berarti. Tanaman inangna berupa kopi, umumnya kopi robusta. Jenis kopi lainnya kurang disukai, Tanaman inang lainnya teh, avokad, mahoni
3. Planococcus citri ( Kutu dompolan).
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hemiptera
Suborder : Sternorrhyncha
Superfamily : Coccoidea
Family : Pseudococcidae
Gejala Serangan
Tunas bunga, bunga, dan buah muda yang terserang akan mengering dan gugur. Buah - buah yang sudah dewasa dan masak tidak gugur tetapi akan mengalami hambatan pertumbuhan sehingga berkerut dan masak sebelum waktunya. Kutu menyerang tangkai buah dan meninggalkan bekas berwarna kuning kemudian kering sehingga banyak buah yang gugur. Pada bagian tanaman yang terserang tampak dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapas.
Hama ini juga akan membuat tanaman kopi menjadi kurang berkualitas ciri yang bisa kita lihat dengan ciri menyerang bagian buah yang seperti terlilit bubuk putih.biasanya hama ini akan muncul akibat pohon naungan yang terlalu gelap. Potong sebagian ranting pohon di sekitar tanaman kopi supaya udara dan sinar matahari lebih bisa masuk menyinari kopi.
4. Coccus viridis
Taksonomi
Gejala Serangan C. viridis
Kutu tempurung (C. viridis) mengeluarkan embun madu, yang menyebabkan timbulnya cendawan jelaga yang akan menutup daun kopi pada pembibitan. Selain menutupi daun, embun jelaga juga akan menutupi buah kopi sehingga akan mempengaruhi proses asimilasi. Kutu tempurung hidup berkelompok di pangkal daun, tampak kutu kecil berwarna putih kehijauan, dan banyak semut di sekitarnya. Kutu tempurung juga menyerang tunas di bagian bawah daun, terutama dekat tulang daun dan buah muda. Kutu mengisap cairan tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil dan daun baru lambat tumbuh. Akhirnya tanaman mengering dan layu.
5. Penyakit Hemileia vastatrix (Karat Daun Kopi)
Klasifikasi ilmiah dari Hemileia vasatrix
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Pucciniomycetes
Ordo : Pucciniales
Genus : Hemileia
Spesies : Hemileia vasatrix
Penyakit Karat daun kopi disebabkan oleh jamur H. vastatrix. Patogen ini dapat menyerang tanaman di pembibitan maupun tanaman dewasa, dan merupakan termasuk dalam penyakit penting di Indonesia.
Patogen ini termasuk kedalam famili Urediaceae, dan ordo Uredinales. Gejala serangan pada daun yaitu timbul bercak kuning kemudian berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun terdapat uredospora seperti tepung berwarna oranye/jingga. Pada serangan berat, pohon tampak kekuningan, daun gugur dan akhirnya pohon menjadi gugur (Malik, 2013).
Penyebaran patogen dapat terjadi melalui air (kelembaban tinggi), angin, spesies Trips tertentu dan manusia (Sukamto, 1998 dalam Pangestu, 2012).
Gejala serangan
Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak - bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daun, kemudian berubah menjadi kuning tua, menghitam, lalu mengering. Di bagian bawah daun terbentuk tepung berwarna oranye, daun yang parah akan rontok, sehingga lambat laun tanaman menjadi gundul. Tanaman akan kehabisan cadangan amilum dalam akar dan rantingnya, yang akan berakibat kematian pada tanaman. Pada kopi Arabica, penyakit ini menjadi masalah utama.
3.2 Pengamatan Pasca Penerapan PHT
Pengamatan pasca aplikasi dilakukan selama 1,5 bulan (± 10 kali pengamatan). Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi APH dan kegiatan lainnya terhadap populasi OPT sasarannya (tabel pengamatan terlampir).
Pengamatan juga dilakukan pada kebun sekitar (sebagai kontrol) dengan jumlah pohon sampel yang sama dan dipilih secara acak
Data yang diperoleh selama pengamatan ditabulasikan untuk selanjutnya diolah secara statistik dengan uji-t pada taraf nyata 5%.
Hasil Penerapan PHT Tanaman Kopi
A. Serangan Penggerek Buah Kopi (PBKo) pada buah kopi
Hasil pengamatan di lahan
perkebunan kopi di Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan
dengan sistem perlakuan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) dan kontrol sebagai pembanding terdapat serangan PBKo. Hama ini mulai menyerang pada
buah muda yang mulai masak dan lebih banyak menyerang pada buah yang
sudah tua, serta berkembangbiak di dalam buah kopi
Pengamatan dilakukan dengan memilih sampel 10 buah kopi secara sengaja dari empat penjuru mata angin dalam satu pohon. Jumlah sampel yang diamati sebanyak 20 pohon dan dilakukan pengamatan sebanyak 2 kali. Hasil pengamatan dan perhitungan intensitas serangan PBKo disajikan dalam Tabel 1.
| IntensitasSeranganPBKo (%) | |
Pengamatan | PHT | KONTROL |
1 | 5.50 | 5.25 |
2 | 8.50 | 9.88 |
3 | 11.38 | 14.25 |
4 | 14.25 | 19.00 |
5 | 16.38 | 24.13 |
6 | 19.25 | 29.00 |
7 | 22.50 | 33.25 |
8 | 25.13 | 37.75 |
9 | 23.75 | 41.88 |
10 | 21.13 | 46.88 |
Rata-rata | 16.78 | 26.13 |
|
|
|
Tabel 1.Intensitas Serangan PBKo (%) padalahan perlakuan PHT dan control
Hasil Intensitas serangan menunjukkan bahwa jumlah buah kopi yang terserang PBKo pada perlakuan PHT sangat berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol (lampiran 1).
Berdasarkan gejala serangan masing-masing kategori pada buah kopi, dapat dihitung intensitas serangan PBKo.Pengelolaan PHT pada lahan kopi menyebabkan rata-rata intensitas serangan PBKo pada perlakuan PHT (16,78%) sangat berbeda dibandingkan intensitas serangan pada perlakuan control sebesar 26,13%.
Gambar 14.GrafikIntensitasSerangan PBKo pada Kopi
Pengelolaan PHT pada lahan kopi juga mengakibatkan intensitas serangan PBKo pada perlakuan PHT sangat berbeda dengan lahan kontrol. Pengelolaan kebun dengan perlakuan PHT, yaitu dengan pemangkasan rutin dan sanitasi menyebabkan sinar matahari bisa masuk kedalam kebun, sehingga mengurangi intensitas serangan PBKo (Firdaus, 2004). Keberadaan koloni semut hitam d isekitar pohon kopi juga dapat mengganggu PBKo untuk menggerek buah kopi, Penggunaan pathogen Beauveria bassiana selama dua kali juga diduga bisa mengendalikan PBKo. B. bassiana merupakan fungi yang patogenik pada serangga, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia, ternyata dapat menginfeksi hama penggerek buah kopi (PBKo) dan penggerek ranting (Xylosandrussp.) (Suntoro, 1991 dalam Haryono, 1993)
B. Serangan Penggerek Cabang (Xylosandrus sp.) pada kopi
Serangan penggerek cabang menyebabkan ranting atau cabang mati dan daun-daun menjad ilayu, Hama ini Biasanya lebih senang menyerang cabang /ranting yang tua/sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang ini membuat lubang masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga pohon tidak berbuah ( Gambar 14 )
Pengelolaan PHT pada lahan kopi juga mengakibatkan intensitas serangan PBKo pada perlakuan PHT sangat berbeda dengan lahan kontrol. Pengelolaan kebun dengan perlakuan PHT, yaitu dengan pemangkasan rutin dan sanitasi menyebabkan sinar matahari bisa masuk kedalam kebun, sehingga mengurangi intensitas serangan PBKo (Firdaus, 2004). Keberadaan koloni semut hitam d isekitar pohon kopi juga dapat mengganggu PBKo untuk menggerek buah kopi, Penggunaan pathogen Beauveria bassiana selama dua kali juga diduga bisa mengendalikan PBKo. B. bassiana merupakan fungi yang patogenik pada serangga, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia, ternyata dapat menginfeksi hama penggerek buah kopi (PBKo) dan penggerek ranting (Xylosandrussp.) (Suntoro, 1991 dalam Haryono, 1993)
B. Serangan Penggerek Cabang (Xylosandrus sp.) pada kopi
Serangan penggerek cabang
menyebabkan ranting atau cabang mati dan daun-daun menjad ilayu, Hama
ini Biasanya lebih senang menyerang cabang /ranting yang tua/sakit. Ia
juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang ini membuat lubang
masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga pohon tidak berbuah ( Gambar 14 )
Gambar 15.Gejala ranting kopi yang terserang Xylosandrus sp.
Pengamatan penggerek cabang ini dilakukan dengan memilih sampel 4 cabang kopi secara sengaja dari empat penjuru mata angin dalam satu pohon. Jumlah sampel yang diamati sebanyak 20 pohon dan dilakukan pengamatan sebanyak 10 kali. Hasil pengamatan dan perhitungan intensitas serangan Xylosandrus sp.disajikan dalam Tabel2.
Pengamatan penggerek cabang ini dilakukan dengan memilih sampel 4 cabang kopi secara sengaja dari empat penjuru mata angin dalam satu pohon. Jumlah sampel yang diamati sebanyak 20 pohon dan dilakukan pengamatan sebanyak 10 kali. Hasil pengamatan dan perhitungan intensitas serangan Xylosandrus sp.disajikan dalam Tabel2.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah ranting kopi yang terserang Xylosandrus sp.pada perlakuan PHT sangat berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Berdasarkan gejala serangan masing-masing kategori pada ranting kopi, dapat dihitung intensitas serangan Xylosandrus sp.Pengelolaan PHT pada lahan kopi menyebabkan rata-rata intensitas serangan Xylosandrus sp.pada perlakuan PHT (22%) sangat berbeda dibandingkan intensitas serangan pada perlakuan control sebesar 31,15% (Gambar 15).
Fluktuasi intesitas serangan Xylosandrus sp. Pada lahan PHT cenderung menurun, sedangkan pada lahan control cenderung meningkat. Penyebaran penggerek cabang kopi terjadi melalui perpindahan hama dari satu pohon kepohon lainnya.
C. Serangan Penyakit Karat Daun (Hemileia vastatrix) pada kopi
Penyakit Karat daun kopi disebabkan oleh jamur H. vastatrix. Patogen ini dapat menyerang
tanaman di pembibitan maupun tanaman dewasa. Tanaman sakit ditandai oleh
adanya bercak - bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daun,
kemudian berubah menjadi kuning tua, menghitam, lalu mengering. Di
bagian bawah daun terbentuk tepung berwarna oranye, daun yang parah akan
rontok, sehingga lambat laun tanaman menjadi gundul. Tanaman akan
kehabisan cadangan amilum dalam kardan rantingnya, yang akan berakibat
kematian pada tanaman (Gambar 16 ).
Gambar 17. Gejala daun kopi yang terserang H. vastatrix
Pengamatan karat daun ini dilakukan dengan menghitung skor dengan kategori serangan ringan, sedang, dan berat dalam satu pohon. Jumlah sampel yang diamati sebanyak 20 pohon dan dilakukan pengamatan sebanyak 10 kali. Hasil pengamatan dan perhitungan intensitas serangan H. Vastatrix disajikan dalam Tabel 3.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kopi yang terserang H. vastatrix pada perlakuan PHT sangat berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Berdasarkan gejala serangan masing-masing kategori pada kopi, dapat dihitung intensitas serangan H. vastatrix. Pengelolaan PHT pada lahan kopi menyebabkan rata-rata intensitas serangan H. vastatrix pada perlakuan PHT (28,5%) sangat berbeda dibandingkan intensitas serangan pada perlakuan control sebesar 36,6% (Gambar 17).
Fluktuasi intesitas serangan H. vastatrix padalahan PHT pada awal pengamatan ke 1 sampai 6 meningkat lalu pengamatan selanjutnya menurun, sedangkan pada lahan control cenderung meningkat pada setiap pengamatan. Penyebaran pathogen H. Vastatrix dapat terjadi melalui air (kelembaban tinggi), angin, spesies Thrips tertentu dan manusia Disamping bantuan air, beberapa agensia lain yang berpotensi membantu menyebarkan uredospora adalah angin, spesies trips tertentu, burung dan manusia (Sri-Sukamto,1998). Pemakaian jamur antagonis Trichoderma sp. yang dicampur dengan pupuk kandang pada perlakuan PHT, diduga dapat memberiketahanan terhadap tanaman, sehingga ketika tanaman terserang penyakit dapat pulih kembali.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Intensitas serangan OPT.Pengelolaan PHT kegiatan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman kopi menyebabkan rata-rata intensitas serangan OPT pada perlakuan PHT sangat berbeda dibandingkan intensitas serangan pada perlakuan kontrol
2. Penggunaan Feromon Pada kebun perlakuan PHT kegiatan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) selain OPT sasaran yang masuk perangkap ada beberapa jenis serangga yang ikut terperangkap.
B. Saran
Berdasarkan hasil Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi, bahwa intensitas serangan OPT yang ada pada perlakuan PHT Kopi dapat dikendalikan, sehingga penerapan PHT menuju pertanian berkelanjutan perlu dikembangkan.
Kedepan agar kegiatan Pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kopi dan pada komoditas perkebunan lainnya bisa di tingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya agar manfaatnya dapat lebih diterima petani
B. Rencana Tindak lanjut
Oleh karena hasil dari pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kelompok tani, maka Pasca kegiatan pelatihan penerapan pengendalian hama terpadu pada tanaman kopi kelompok tani Subur Makmur III akan melaksanakan PHT sesuai hasil pelatihan pada kebun masing - masing anggota terutama pengendalian OPT dengan kukltur teknis seperti pelaksanaan panen sesuai tahapannya untuk memotong siklus perkembangan hama PBKo, pembuatan rorak sebagai tempat pupuk Organik untuk mengurangi pertumbuhan gulma dan pangkasan lepas panen sebagai upaya pengendalian penggerek cabang.
Diharapkan dari tindak lanjut kegiatan tersebut maka produksi dan produktivitas kelompok tani Subur Makmur III akan meningkat baik kuantitas maupun kualitas hasil panen kopi.
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini