PELAKSANAAN TAKSASI
GUNA MENGETAHUI PRODUKSI KOPI DAN MENENTUKAN LANGKAH KE DEPAN
Oleh:
Rudi Hartono, SP.
ULPPTP Kabupaten Pasuruan
Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor dan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi diantara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga sebagai sumber penghasilan petani kopi di Indonesia. Bentuk usaha perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat (PR) dengan porsi 96% dari total area di Indonesia, 2% perkebunan besar negara (PBN) dan 2% perkebunan besar swasta (PBS). Komposisi tersebut menunjukkan peranan petani kopi dalam perekonomian nasional cukup signifikan.
Tanaman kopi berbunga pada umur tiga tahun dengan buah dapat dipanen pada umur empat tahun. Waktu panen sangat dipengaruhi oleh iklim dan jenis kopi. Iklim mempengaruhi masa berbunga, kematangan buah dan periode panen. Buah kopi mulai masak sekitar pada bulan April/Mei hingga September/Oktober. Di daerah-daerah basah, masa panen lebih lama dengan produksi harian tertinggi antara 1 - 2 % dari produksi total setahun. Di daerah-daerah kering, masa panen lebih singkat dengan produksi harian tertinggi antara 2 - 3 % atau lebih dari produksi total setahun.
Tanaman kopi berbunga tidak serentak melainkan secara bertahap sehingga menyebabkan adanya perbedaan umur buah dalam satu dompolan yang sama. Oleh karena adanya perbedaan umur buah tersebut, maka panen dilakukan dalam beberapa putaran, setiap putaran antara 1 - 2 minggu. Dalam setiap musim panen kopi terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu masa panen pendahuluan / permulaan (termasuk petik bubuk), masa panen besar dan masa panen terakhir (termasuk racutan dan lelesan).
TAKSASI KOPI
Taksasi merupakan kegiatan yang dilakukan menjelang musim panen. Taksasi produksi yaitu kegiatan memperkirakan potensi produksi yang akan dicapai pada musim panen yang akan datang berdasarkan perhitungan (taksasi) baik bunga maupun buah. Semakin dekat dengan masa panen, maka hasil taksasi akan semakin tepat tetapi manfaatnya semakin kecil. Hasil taksasi antara lain dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan di dalam penyusunan rencana kegiatan pada masa panen dan pasca panen. Oleh karena itu ketepatan hasil taksasi sangat penting agar perencanaan yang akan disusun tidak terlalu meleset. Taksasi bisa dilakukan sejak tanaman berbunga sampai berbuah.
1. Taksasi Bunga
Taksasi bunga adalah suatu kegiatan untuk meramalkan produksi yang akan dicapai tahun yang akan datang dan biasanya dilaksanakan pada bulan September hingga Desember pada saat bunga keluar. Pada umumnya taksasi bunga sangat sulit dikerjakan dengan hitungan yang teliti, karena berlangsung sangat singkat. Taksasi bunga bertujuan untuk menentukan target produksi tahun datang dan biasanya dilakukan pada bunga yang mekar selama musim pembungaan.
Untuk mengetahui prosentase bunga yang menjadi buah, dilakukan pengamatan secara sistematis dan periodik mulai bunga mekar sampai menjelang panen. Adapun langkah - langkah dalam pengamatan adalah sebagai berikut : (a). Setiap 30 - 50 ha (per blok per tahun tanam) ditentukan ± 31 pohon secara diagonal sebagai contoh, (b). Dari pohon contoh yang telah ditentukan, diamati cabang yang diberi tanda warna putih untuk memudahkan pengamatan selanjutnya, (c). Dihitung jumlah bunga pada setiap cabang contoh, (d). Hitung jumlah bunga yang terbentuk pada setiap cabang contoh, (e). Contoh tersebut yang diikuti perkembangannya setiap bulan sampai dengan minggu ke 25, (f). Prosentase bunga menjadi buah dapat dihitung saat pengamatan terakhir yaitu jumlah buah / jumlah bunga x 100 %.
2. Taksasi Buah
Taksasi buah adalah penafsiran
hasil buah yang akan dicapai pada tahun tersebut. Taksasi buah dihitung
berdasarkan jumlah buah yang jadi dengan segala faktor pengurangannya.
Adapun langkah - langkah untuk menentukan pohon sampel yang akan
ditaksasi buahnya adalah : (a). Jumlah pohon sampel yang diambil
berkelipatan 10 - 20 pohon sampel pertama diambil dari pinggir kebun dan
pengambilannya berbentuk spiral, (b). Pohon sampel ditentukan dengan
memberi tanda, (c). Taksasi buah dilaksanakan dengan cara menghitung
semua buah yang masih hijau yang ada di pohon sampel dan diperkirakan
dapat dipanen.
Ketepatan hasil taksasi ditentukan oleh 4 (empat) faktor yaitu:
1. Manajemen Kebun Kopi
Pengelolaan kebun yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh sehat dan akan berakibat pada produksi tinggi serta mutu buah kopi merah yang baik. Pengelolaan tanaman yang baik perlu diawali antara lain dengan persiapan tanaman yang baik mulai dari pola tanam, penanaman pohon penaung, pembuatan lubang tanam, dan pembuatan teras pada lahan miring. Penanaman bibit kopi hendaknya dilakukan pada saat yang tepat agar bibit yang ditanam dapat tumbuh baik dan tidak mengalami cekaman kekeringan setelah ditanam.
2. Pemangkasan Kopi
Tujuan pemangkasan adalah mempertahankan ketinggian tanaman dengan tinggi 160 cm untuk memudahkan perawatan atau pemeliharaan dan panen. Pemangkasan batang tunggal (single stem) terdiri dari pangkas bentuk, pemeliharaan, dan peremajaan. Pemangkasan bentuk yaitu perlakuan kliping terutama untuk tanaman yang sulit menumbuhkan cabang reproduktif. Pemangkasan pemeliharaan atau pemangkasan produksi terdiri atas pangkas lepas panen (PLP), pangkas seleksi (wiwil selektif) dan wiwil kasar. Cabang-cabang yang terdapat di tanaman kopi adalah cabang belum berbuah (B0), cabang yang telah berbuah satu kali (B1), cabang yang yang telah berbuah dua kali (B2), dan cabang yang telah berbuah tiga kali (B3). Cabang-cabang yang termasuk cabang produktif adalah cabang B1, B2, dan B3. Tanaman kopi akan lebih produktif dan tumbuh banyak cabang baru jika cabang-cabang yang tidak produktif segera dipangkas. Tanaman kopi yang memiliki kondisi cabang yang merata dan seimbang sangat mempengaruhi hasil taksasi produksi.
3. Pengelolaan Pohon Penaung
Pohon penaung sebaiknya ditanam setahun sebelum bibit kopi ditanam di lapangan. Pohon penaung berperan meredam pengaruh faktor lingkungan yang negatif, misalnya angin kencang, goncangan suhu, intensitas penyinaran, dan cekaman lengas tanah. Dampak dari semuanya itu dapat diminimalisir dengan pengelolaan pohon penaung yang baik dan tepat. Pengelolaan pohon penaung dapat dilakukan dengan pemangkasan penaung secara teratur.
Pemangkasan pohon penaung tetap dilakukan agar tanaman kopi mendapat sinar matahari yang cukup untuk merangsang pembungaan, memperlancar sirkulasi udara dalam kebun serta mengurangi kelembaban udara pada waktu musim hujan. Tinggi pohon penaung yang baik yaitu dua kali tinggi tanaman kopi (3 - 3.5 m).
Pemangkasan pohon penaung tetap terdiri atas pemangkasan bentuk dan pemangkasan pengaturan. Pemangkasan bentuk dilakukan dengan cara membuang cabang-cabang yang tumbuh sebelum tanaman mencapai ketinggian 1.5 m, sehingga pertumbuhan tanaman lurus dan mengarah ke atas. Pemangkasan pengaturan terdiri atas pemenggalan (tokok) dan rempes. Tokok dilakukan pada awal musim hujan (bulan November-Desember) dengan mencapai 50 % dari jumlah tanaman pelindung tetap setinggi 1.5 m di atas tajuk tanaman kopi dan dilakukan bergantian setiap tahun menurut larikan atau silangan. Selanjutnya, dua sampai tiga bulan setelah ditokok dilakukan seleksi cabang dan dipilih tiga cabang tanaman yang arahnya menyebar. Rawisan dilakukan dengan tujuan membuang cabang-cabang yang tumbuh selama musim hujan. Alat yang digunakan untuk rempes adalah sabit dan gergaji. Informasi tentang jenis pohon penaung, populasi dan penyebarannya serta pengelolaannya sangat diperlukan sebagai data dalam manajemen kebun.
4. Serangan Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit pada tanaman kopi sangat banyak, baik yang menyerang organ vegetatif maupun generatif. Adanya serangan hama dan penyakit akan mengacaukan perkiraan hasil buah yang diperoleh dengan taksasi produksi. Sistem Pengendalian Hama/Penyakit Terpadu (PHT) merupakan standart baku pengelolaan hama dan penyakit kopi dengan mengutamakan cara pencegahan daripada cara pemberantasan agar dapat dikendalikan sebelum menimbulkan kerugian yang besar.
Kesimpulan
Taksasi merupakan upaya untuk memprediksi hasil dari suatu luasan kebun yang dilakukan beberapa bulan sebelum masa panen, sebagai salah satu dasar pertimbangan di dalam penyusunan rencana kegiatan pada masa panen dan pasca panen serta bahan evaluasi kebun. Ketepatan hasil taksasi akan diperoleh jika mempunyai bekal pengetahuan teknik budidaya tanaman yang memadai.
Begitu pentingnya taksasi dilakukan sebagai dasar penentu langkah-langkah selanjutnya.
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini