KONSERVASI TANAH DAN AIR SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN
Oleh:
Rudi Hartono, SP.
ULPPTP Kabupaten Pasuruan
Tanah dan air merupakan sumber alam yang menyokong kehidupan berbagai mahluk hidup di bumi termasuk manusia. Kedua sumber alam tersebut mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan bisa terjadi karena hilangnya unsur hara, penjenuhan tanah oleh air dan erosi.
Apabila tanah mengalami kerusakan, maka kita nisa menyayangkan bahwa tanah tersebut sangat tidak produktif jika dimanfaatkan. Air juga rentan mengalami kerusakan.
Rusaknya air ini bisa berupa mengeringnya mata air dan juga menurunnya debit dan kualitas air yang disebabkan oleh erosi dan masuknya limbah-limbah pertanian maupun industri.
Dalam usaha untuk meningkatkan produksi hasil pertanian selalu tidak dapat mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk, hal ini disebabkan karena faktor dari suatu kondisi tanah dan air sebagai sumberdaya alam pada umumnya sudah mengalami penurunan produktivitasnya sedemikian rupa sehingga perlu usaha untuk konservasi.
Usaha tani konservasi tanah dan air ini sangatlah penting untuk kedepannya karena telah realisasinya diberbagai daerah telah terjadi kerusakan lahan yang berakibat menurunkan tingkat produktivitas tanah dan kualitas air terutama karena erosi dan aliran permukaan (run off) sehingga diperlukan tindakan untuk menanggulanginya.
Berbagai contoh bencana alam yang telah terjadi atau alam yang tidak asri lagi kita dengan dan lihat selama ini, salah satu faktor utamanya adalah akibat dari suatu erosi dan sedimentasi. Beberapa contoh bencana alam yang terjadi di beberapa daerah yaitu banjir, kekringan dan tanah longsor dan lain-lain. Hal ini disebabkan antara lain karena pengolahan tanah dan air yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan atau juga kurangnya memperhatikan dan penerapan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air.
Untuk mengatasi permasalahan diatas maka sangat dirasakan pentingnya dilakukan pembinaan terhadap masyarakat dan petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam melakukan usaha tani konservasi tanah dan air.
Permasalahan
Permasalahan yang timbul selama ini dalam praktek budidaya pertanian khususnya komoditas perkebunan seringkali melalaikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, sehingga menimbulkan masalah degradasi lahan utamanya pada lahan-lahan miring atau lereng.
Tujuan
Tujuan kegiatan konservasi lahan dan air adalah agar lahan perkebunan utamanya di desa Tambaksari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan yang kondisinya banyak lereng mampu meminimalisir degradasi tanah atau kerusakan lahan.
Manfaat
Manfaatnya adalah sebagai bahan informasi berbagai teknik konservasi lahan dan air bagi petani, pemerhati lingkungan maupun stakeholder.
Definisi dan Tujuan Konservasi Tanah dan timbul
Konservasi tanah dalam arti luas adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi.
Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
Konservasi tanah mempunyai hubungan yang erat dengan konservasi air, setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhubungan erat sekali, berbagai konservasi tanah adalah juga tindakan konservasi air ((Arsyad, 2010).
Metode Konservasi Tanah dan Air
Teknik konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada tiga prinsip utama yaitu perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan bitir-butir hujan meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian bahan organik atau dengan cara meningkatkan penyimpanan air dan mengurangi laju aliran permukaan sehingga menghambat material tanah dan hara terhanyut (Roni, 2015)
Roni (2015) menguraikan bahwa secara garis besar metode konservasi tanah dan air dibagi menjadi 4 yaitu : metode vegetatif, teknis, mekanik, dan kimia.
Teknis konservasi tanah secara vegetatif adalah setiap pemanfaatan tanaman / vegetasi maupun sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari erosi, penghambat laju aliran permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah serta perbaikan sifat-sifat tanah, baik sifat fisik kimia maupun biologi.
Tanaman ataupun sisa-sisa tanaman berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap daya pukulan butir air hujan maupun terhadap daya angkut air aliran permukaan (run off) serta meningkatkan peresapan air kedalam tanah.
Yang termasuk dalah metode vegetatif antara lain adalah : 1) pertanaman lorong, 2) pertanaman strp, 3) strip rumput, 4) tanaman penutup tanah, 5) pergiliran tanaman, 6) tumpangsari, 7) tumpang gilir.
Menurut Arsyad (2010), pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat :
Memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengah memperbesar granulasi tanah
Penutupan lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi evaporasi
Disamping itu dapat meningatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga mempebesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi.
Fungsi lain daripada vegetasi berupa tanaman kehutanan yang tak kalah pentingnya yaitu memiliki nilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan petani
Menurut Idjudin (2011) ada beberapa pendekatan mekanis atau atau sipil teknis yang dapat digunakan untuk mengendalikan longsor sesuai dengan kondisi topografi dan besar kecilnya tingkat bahaya longsor. Pendekatan mekanis pengendalian longsor meliputi 1) pembuatan saluran drainase (saluran pengelak, saluran penangkap, saluran pembuangan, 2) pembuatan bangunan penahan material longsor, 3) pembuatan bangunan penguat dinding/tebing atau pengaman jurang dan 4) pembuatan trap-trap terasering.
Pada prinsipnya konservasi mekanik dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh cara vegetatif, atau penggunaan tumbuhan/tanaman dan sisa-sisa tanaman/ tumbuhan (misalnya mulsa dan pupuk hijau) serta penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan tanah sepanjang tahun.
Irsal (2006) menyatakan bahwa degradasi lahan ditandai oleh penurunan atau kehilangan produktivitas lahan baik secara fisik, kimia, biologi maupun ekonomi. Degradasi lahan diakibatkan oleh kesalahan dalam pengelolaan dan pengunaan lahan, penebangan hutan, konservasi untuk non pertanian dan irigasi.
Memburuknya kondisi lahan menyebabkan masyarakat yang tinggal dikawasan yang mengalami degradasi menghadapi berbagai ancaman seperti kekurangan sumber air, kelaparan dan munculkan berbagai penyakit. Degradasi lahan secara global mengancam kelestarian dan keanekaragaman hayati serta menaikkan suhu permukaan bumi.
Hal seperti diatas telah terjadi dibeberapan desa yaitu pada saat musim kemarau masyarakat mengalami kesulitan air bersih dan dibeberapa desa sampai mendatangkan mantuan air bersih dari pemerintah.
Kegiatan konservasi tanah dan air yang dibuat oleh petani di desa Tambaksari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Pupuk Organik
Aplikasi pupuk bahan organik merupakan salah satu syarat utama berfungsi sebagai bahan pembenah tanah yang sekaligus sebagai suplemen untuk mengurangi penggunaan pupuk an organik. Dengan demikian aplikasi pupuk organik menjadi andalan dalam pengingkatan produktivitas
Pupuk Organik mempunyai peran penting dalam hal perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, fungsi kimia pupuk organik yaitu 1) menyediakan hara makro dan mikro, 2) mencegah kahat unsur hara mikro pada lahan marjinal, 3) Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan 4) membentuk senyawa komplek dengan ion logam beracun seperti Al, Mn, dan Fe sehingga tidak meracuni tanaman.
Fungsi Fisika dari pupuk organik adalah 1) memperbaiki struktur tanah dengan cara mengikat partikel tanah menjadi agregat yang mantap, 2) memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya pegang air tanah mengikat dan serasi dalam tanah menjadi lebih baik, 3) mengurangi fluktuasi suhu tanah.
Fungsi biologi tanah sebagai sumber energi dan makanan bagi mikro dan mesofauna tanah, sehingga mereka dapat berkembang biak dengan baik yang dapat menjanjikan keanekaragaman hayati dalam tanah, meningkatkan tanah menjadi lebih sehat karena patogen tular tanah tidak dapat berkembang biak atau menjadi dominan.
2. Pembuatan Rorak
Sistem rorak merupakan salah satu teknik konservasi tanah dan air sipil teknis yang berfungsi sebagai perangkap sedimen dan menampung top soil yang hanyut terbawa aliran permukaan. Agar taknik ini lebih efektif maka dapat dikombinasikan dengan teknik konservasi tanah dan air yang lain seperti kombinasi dengan cara vegetatif (Pratiwi dan Salim, 2013).
Rorak atau bisa juga disebut “Saluran Buntu” merupakan suatu struktur berupa got atau saluran yang buntu dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah teras yang sejajar garis kontur, yang berfungsi untuk menangkap/ meresapkan air ke dalam tanah serta menampung sedimen dari bidang olah, aliran permukaan dan juga tanah yang tererosi. Pembuatan rorak ini dapat dikombinasikan dengan mulsa vertikal untuk memperoleh kompos.
Rorak juga merupakan suatu bagunan konservasi tanah dan air yang relatif mudah dibuat. Adanya rorak akan menjebk aliran permukaan dan memberikan kesempatan air hujan untuk terinfiltrasi ke dalam tanah, dengan demikian rorak akan menurunkan aliran permukaan yang keluar dari persil secara signifikan, hal ini sudah pasti akan ikut berkontribusi terhadap pengendalian banjir.
Hasil penelitian Monde (2010) menunjukkan raorak yang diberi mulsa secara vertikal efektif menekan aliran permukaan hingga 73%, Teknik konservasi dengan rorak dapat menekan jumlah tanah yang tererosi hingga 76%. Pemberian mulsa 6 ton per ha pada lahan kakao umur 3 tahun dapat menurunkan jumlah aliran permukaan hingga 71% dan erosi 87%.
Menurut Sallata (2017) fungsi rorak adalah 1) menurunkan kecepatan dan volume air aliran permukaan, menekan laju erosi dan sedimentasi, 2) meningkatkan simpanan air tanah sehingga fluktuasi debit amsimum dan minimum menurun, 3) memperpanjang musim tanam karena air tanah tersedia lebih lama.
3. Pembuatan Biopori
Biopori adalah lubang-lubang kecil pada lapisan tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme tanah seperti cacing, atau akar-akar tanaman. Biopori merupakan lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diametir 10 cm dan kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka air tanah sedangkan jarak antar lubang 50-100 cm.Lubang diisi sampah organik yang bertujuan agar terjadi dekomposisi dalam lubang dan dapat diambil sebagai kompos pada akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang peresapan, Sallata (2017).
Brata dan Nelistya (2008) juga menyatakan bahwa lubang resapan biopori diaktifkan dengan memberikan sampah organik ke dalamnya, sampah ini akan dijadikan sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi.Sumur resapan berguna untuk membantu menyimpan air masuk kedalam tanah yang lebih banyak, sumur resapan merupakan kegiatan konservasi sipil teknis sederhana untuk menampung, menahan dan meresapkan air permukaan (run off) kedalam tanah (akuifer) untuk meningkatkan jumlah dan posisi muka air tanah ((USAID, 2012)
Kesimpulan
Budidaya pertanian di lahan berlereng meliputi dua kegiatan popok yaitu kegiatan usaha tani dan kegiatan konservasi. Kedua kegiatan pada sebidang lahan perkebunan terintegrasi menjadi sistem usaha tani konservasi. Teknologi sistem usana tani yang diterapkan pada lahan miring, kedalaman tanah dan kepekaan tanah terhadap erosi sebagai kriteria pengembangan model-model sistem usaha tani konservasi.
Kesimpulan
Upaya konservasi tanah dan air yang sudah dilakukan di beberapa lahan perkebunan di Kabupaten Pasuruan adalah 1) pembuatan pupuk organik/ kompos, 2) pembuatan rorak, 3) pembuatan Biopori dan 4) pembuatan pestisida nabati untuk mengendalikan OPT pada lahan perkebunan
Konservasi Tanah dan air merupakan beberapa upaya guna meminimalisir Gangguan Usaha Perkebunan seperti, banjir, tanah longsor, rusaknya agreagat tanah, struktur tanah sifat kimia dan biologi tanah di lahan khususnya perkebunan yang pada umumnya bertopografi miring.
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini