UPAYA STABILITASI PRODUKSI TANAMAN CENGKEH DI KABUPATEN PASURUAN - Kabupaten Pasuruan

UPAYA STABILITASI PRODUKSI TANAMAN CENGKEH DI KABUPATEN PASURUAN

9125x dibaca    2021-12-15 08:09:46    Administrator

UPAYA STABILITASI PRODUKSI TANAMAN CENGKEH

DI KABUPATEN PASURUAN

Oleh:

Rudi Hartono, SP.

ULPPTP Kabupaten Pasuruan

Cengkeh, merupakan salah satu bahan baku utama rokok kretek yang mencakup 80% produksi rokok nasional. Di samping pengaruh negatif rokok terhadap kesehatan, peranan rokok kretek dalam perekonomian nasional sangat nyata, antara lain menyumbang sekitar Rp 23,2 triliun dari perkiraan Rp 29 triliun penerimaan cukai rokok. Tenaga kerja yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok kretek, yaitu di sektor pertanian, industri rokok, dan perdagangan, serta sektor informal sekitar 6 juta tenaga kerja.

Salah satu komoditi ekspor yang diperdagangkan Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya di pasar dunia adalah cengkeh. Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum) adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh atau dalam bahasa Inggris disebut cloves adalah tanaman asli Indonesia yang banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek (Tupamahu, 2015).

Kegunaan produk cengkeh lainnya dalam industri adalah minyak cengkeh. Bahan baku minyak cengkeh dapat berasal dari bunga cengkeh, gagang/tangkai dan daun. Pada saat harga bunga cengkeh tinggi, bunga cengkeh yang digunakan sebaiknya bunga cengkeh dengan mutu rendah atau hasil sortiran (Tupamahu, 2015).

Pada tahun 1995 produksi cengkeh nasional mencapai 90.007 ton turun menjadi 52.903 ton pada saat panen kecil tahun 1999 dan hanya mencapai 79.009 pada saat panen besar tahun 2002. Di lain pihak kebutuhan cengkeh untuk rokok kretek naik menjadi rata-rata 92.133 ton/tahun. Terjadinya kekurangan pasokan tersebut merupakan tantangan bagi petani dan pengusaha untuk dapat memenuhinya. Keseimbangan pasokan terhadap permintaan dapat dilakukan melalui intensifikasi, rehabilitasi, dan peremajaan tanaman, didukung dengan harga beli yang layak oleh pabrik rokok.

Selain ketidak pastian harga jual, masalah yang dihadapi petani cengkeh adalah : (1) masa awal produksi cengkeh yang cukup lama yaitu setelah umur 5 - 7 tahun, (2) fluktuasi hasil yang cukup tinggi yang dikenal dengan siklus 2 - 4 tahun, produksi yang tinggi pada satu tahun tertentu diikuti dengan penurunan produksi 1 - 2 tahun berikutnya.

Prioritas Pembangunan Pertanian Nasional diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meletakkan landasan yang kokoh bagi pembangunan ekonomi nasional. Salah satu tujuan revitalisai pertanian yaitu meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian secara berkelanjutan dan meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian.

Berkaitan dengan itu sudah selayaknya revitalisasi tersebut juga dilakukan dalam agribisnis cengkeh. Ini penting, mengingat sumbangannya yang besar terhadap pendapatan negara dan penyedia lapangan kerja. Dilain pihak pasokan cengkeh sebagai bahan baku rokok kretek semakin mengkhawatirkan. Revitalisasi dalam agribisnis cengkeh diarahkan pada: (1) pengamanan penyediaan cengkeh untuk industri rokok serta (2) pengamanan pendapatan petani sebagai produsen cengkeh (Kementerian Pertanian, 2005).

Kondisi diatas juga dialami oleh petani cengkeh di Kabupaten Pasuruan. Kondisi umur tanaman yang sudah melebihi 10 tahun serta kurangnya perhatian baik dari pemilik lahan maupun pembinaan dari instansi terkait turut berdampak terhadap keberlangsungan komoditas cengkeh.

Banyak petani mengeluh karena harga cengkeh cenderung menurun, sementara harga rokok terus meningkat, sehingga keuntungan hanya dinikmati pabrik rokok. Selama ini pabrik rokok lebih banyak menikmati keuntungan dari komoditas cengkeh dibandingkan petani sendiri.

Saat ini kondisi pertanaman cengkeh di Kabupaten Pasuruan banyak terserang oleh OPT terutama penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC) dan penggerek batang cengkeh. Sehingga mengakibatkan penurunan hasil panen.

Permasalahan yang dihadapi oleh petani cengkeh khususnya di wilayah Kabupaten Pasuruan antara lain adalah:

  • Menurunnya hasil panen
  • Tingginya serangan OPT
  • Masa depan komoditas cengkeh itu sendiri

Gambar 1. Tanaman cengkeh berbunga

Tanaman cengkeh memiliki sifat yang khas karena semua bagian pohon mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun sampai bunga. Tanaman cengkeh selain menghasilkan bunga, juga menghasilkan limbah berupa gagang dan daun gugur. Jumlah daun gugur rata-rata per 10 pohon setiap minggu masing-masing umur 5 dan 18 tahun adalah 4,53 dan 8,81 kg daun cengkeh kering dan dapat disuling untuk diambil minyaknya (Mayuni, 2006)

Untuk keluarnya bunga pada tanaman cengkeh diperlukan musim yang agak kering tanpa hujan sama sekali dan penyinaran matahari yang agak terik. Bila keadaan iklim ini tidak mendukung, maka bunga baru akan keluar pada ranting-ranting yang sekurang-kurangnya telah mengalami dua masa pertumbuhan vegetatif setelah pembungaan yang terakhir.

Varietas Cengkeh

1. Cengkeh Si Putih

Gambar 2. Jenis Cengkeh Si Putih (Wahyuno dan Martini, 2015).

Cengkeh Si Putih memiliki daun berwarna hijau muda (kekuningan) dengan daun relatif besar. Cabang-cabang yang utama mati sehingga percabangan seolah baru dimulai pada ketinggian 1,5-2 m dari permukaan tanah. Cabang dan daun jarang sehingga kelihatan kurang rindang.

Mahkota berbentuk bulat atau agak bulat, relatif besar dari si kotok dengan jumlah bunga pertandan kurang dari 15 kuntum. Bunga masak tetap berwarna hijau muda. Atau putih tidak berubah menjadi kemerahan. Tangkai bunganya relatif panjang, mulai berproduksi umur 6,5-8,5 tahun sejak disemaikan. Produksi dan kualitas bungan Cengkeh Si Putih rendah (Suparman, dkk, 2017).


2. Cengkeh Si Kotok

Gambar 3. Jenis Cengkeh Si Kotok (Wahyuno dan Martini, 2015).

Cengkeh Si Kotok memiliki daun pada awalnya berwarna hijau muda kekuningan kemudian berubah menjadi hijau tua dengan permukaan atas licin dan mengkilap. Helaian daun Cengkeh Si Kotok agak langsing dengan ujung agak membulat cabang yang utama tetap hidup sehingga percabangannya kelihatan rendah sampai permukaan tanah. Ruas daun Cengkeh Si Kotok dan cabang Cengkeh Si Kotok rapat serta rimbun.

Mahkota bunga Cengkeh Si Kotok berbentuk piramid atau silindris. Bunga Cengkeh Si Kotok relaitif kecil dibandingkan dengan si putih, bertangkai panjang, jumlah bunga 20-50 kuntum pertandan. Mulai berbunga pada umur 6,5-8,5 tahun. Bunga Cengkeh Si Kotok berwarna hijau ketika masih muda dan menjadi kuning saat matang dengan pangkal bertwarna merah.

Adaptasi dan produksinya lebih baik daripada si putih, tetapi lebih rendah daripada zanzibar. Cengkeh tipe sikotok ini termasuk tipe cengkeh dengan kualitas sedang (Suparman, dkk, 2017).

3. Cengkeh Zanzibar

Gambar 4. Jenis Cengkeh Zanzibar (Wahyuno dan Martini, 2015).

Cengkeh Zanzibar merupakan cengkeh terbaik karena mempunyai daya adaptasi yang luas, berproduksi tinggi, berkualitas baik, sehingga sangat dianjurkan untuk dibudidayakan. Daun Cengkeh Zanzibar pada mulanya berwarna merah muda kemudian berubah menjadi hijau tua mengkilap pada permukaan atas dan hijau pucat memudar pada bagian bawah. Pangkal tangkai daun Cengkeh Zanzibar berwarna merah, Perawakan berbentuk kerucut.

Tipe Cengkeh Zanzibar mulai berbunga pada umur 4,5-6,5 tahun sejak disemaikan. Bunga Cengkeh Zanzibar agak langsing, bertangkai pendek, ketika muda berwarna hijau dan berubah menjadi kemerahan setelah matang petik. Percabangan bunga Cengkeh Zanzibar banyak dengan jumlah bisa lebih dari 50 kuntum per tandan (Suparman, dkk, 2017).

Di Kabupaten Pasuruan Varietas Zanzibar inilah yang paling disukai oleh petani karena bertajuk luas dan berbunga lebat. Sehingga setiap ada kegiatan pengembangan atau rebabilitasi tanaman cengkeh bibit yang disediakan adalah bibit cengkeh varietas Zanzibar.

Manfaat Cengkeh

  • Industri Rokok

Sejak tahun 1980 cengkeh digunakan sebagai periang yaitu sebagai pencampur tembakau ditambah rempah – rempah (Kemala,1988). Rokok hasil campuran antara cengkeh dan rempah lainnya disebut rokok kretek, sedang rokok campuran tembakau dan rempah atau sauslainnya tanpa cengkeh disebut rokok sigaret atau lebih populer disebut rokok putih (Nurdjannah, 2004).

Indonesia merupakan negara produsen dan sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia karena sebagian besar cengkeh yang diproduksi adalah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik rokok kretek. Kriteria mutu cengkeh yang diinginkan pada setiap pabrik berbeda dan dirahasiakan. Namun secara umum, faktor penentu pemilihan cengkeh adalah kadar minyak atsiri, kadar eugenol, daya penyerapan air merupakan preferensi penentu pabrik dalam menentukan mutu yang diinginkan. Selain itu sifat fisikanya seperti warna, kadar air, kadar kotoran keseimbangan antara eugenol, eogenol asetat dan ? – caryophyllen (Nurdjannah, 2004).

  • Industri Obat-obatan

Minyak Cengkeh

Produk samping dari tanaman cengkeh adalah minyak cengkeh. Tergantung dari bahan bakunya ada tiga macam minyak cengkeh, yaitu minyak bunga cengkeh, minyak tangkai cengkeh, dan minyak daun cengkeh. Rendemen dan mutu dari minyak yang dihasilkan dipengaruhi oleh asal tanaman, varietas, mutu bahan, penanganan bahan sebelum penyulingan, metode penyulingan serta penanganan minyak yang dihasilkan.

Bunga cengkeh dan tangkainya biasanya digiling kasar dulu sebelum penyulingan untuk memecahkan sel-sel minyak dan memperluas permukaan sehingga minyak dapat lebih mudah ke luar dari dalam sel, sedangkan daun cengkeh tidak membutuhkan pengecilan ukuran. Bahan tersebut disuling dengan cara uap dan air, atau cara uap langsung dengan periode waktu yang berlainan antara 8–24 jam tergantung dari keadaan bahan dan kandungan minyaknya. Bunga dan tangkai cengkeh membutuhkan waktu yang lebih lama karena kadar minyaknya yang jauh lebih tinggi daripada daun cengkeh.

  • Industri Pestisida Nabati

Menurut Nurdjannah (2004) dan Towaha (2012), eugenol cengkeh dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pestisida nabati, mengingat beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa eugenol efektif mengendalikan nematoda, jamur patogen, bakteri dan serangga hama.

Mekanisme antimikroba eugenol antara lain mengganggu fungsi membran sel, menginaktivasi enzim, menghambat sintesis kitin, sintesis asam nukleat dan protein serta menghambat produksi energi oleh ATP (adenosine triphosphate).

Pemanfaatan eugenol sebagai fungisida mampu menekan serangan Pytophtora palmivora pada tanaman lada, Fusarium oxysporum pada tanaman vanili, Drechslera maydis pada tanaman jagung, Aspergillus spp pada beras, Callosobruchus maculatus pada biji kacang hijau (Wiratno, 2009).

Begitupun pemanfaatan eugenol sebagai nemasida mampu mengendalikan Meloidogyne incognita dan Radhopolus similis pada tanaman lada, maupun Globodera rostochiensis pada tanaman kentang (Nurdjannah, 2004; Wiratno, 2009).

Adapun sebagai bakterisida mampu mengendalikan beberapa bakteri patogen seperti Bacillus subtilis pada tanaman jahe, Staphyloccocus aurens pada tanaman nilam dan Escheria coli pada tanaman kentang.

Sebagai insektisida efektif mengendalikan hama gudang seperti itophilus zeamais,Tribolium castanem dan hama penting di pertanaman seperti Aphis gossypii, Aphis craccivora, Ferissia virgata dan Valanga nigricornis, serta dapat membasmi kecoa di rumah.

Cengkeh Di Kabupaten Pasuruan

Sentra Tanaman Cengkeh di Kabupaten Pasuruan adalah di Kecamatan, Tutur, Prigen, Puspo, Purwodadi, Purwosari, Pasrepan, Lumbang dan Tosari, Kondisi pertanaman cengkeh seperti digambarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (2007) bahwa dikarenakan usia tanaman cengkeh rata-rata diatas 25 tahun dan kurangnya pemeliharaan maka penutupan tajuk sudah mendekati antara 50% - 80% bahkan <50>

Tanaman yang bertajuk >50% masih dapat dikembalikan produktivitasnya dengan cara rehabilitasi dan intensifikasi melalui pemeliharaan (penggemburan tanah, pemupukan dan pengendalian OPT). Namun untuk tanaman yang bertajuk <50>

Rehabilitasi pada tanaman cengkeh merupakan upaya untuk memulihkan tanaman yang berada dalam kondisi kritis agar dapat berproduksi kembali secara normal. Rehabilitasi dilakukan terhadap tanaman cengkeh yang mempunyai tajuk >50%. Diharapkan dengan rehabilitasi secara bertahap kondisi tajuk akan meningkat menjadi >80% dan produksi menjadi 2-5 kali lipat. Rehabilitasi membutuhkan waktu kurang lebih 2-4 tahun (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007).

Gambar 5. A. dan B. Gejala serangan hama penggerek batang, C. Larva Penggerek Batang

Lokasi di Desa Dawuhansengon Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan

Salah satu OPT yang menyerang tanaman cengkeh di Kabupaten Pasuruan adalah hama penggerek batang (diduga dari jenis Nothopeus sp.). Pada gambar 7. diatas terlihat gejala serangan hama penggerek batang cengkeh tersebut. Pada batang cengkeh terdapat lubang-lubang gerekan serta kotoran yang dihasilkan dari menggerek batang. Lubang gerekan pada satu pohon cengkeh rata-rata cukup banyak antara lebih dari 4 lubang.

Tanaman yang terserang hama penggerek batang akan merana pertumbuhannya karena aliran zat makanan yang dibutuhkan tanaman akan terganggu. Bila aliran zat makanan terganggu maka tanaman akan sulit memulihkan kondisinya.

Selama ini cara pengendalian yang dilakukan terhadap hama ini adalah:

  • Pengendalian secara mekanis. Dilakukan dengan cara mengambil dan memusnahkan telur penggerek yang menempel pada kulit batang dan menutup lubang gerekan dengan pasak kayu.
  • Pengendalian secara kimia. Dilakukan dengan cara memasukkan insektisida atau racun pernapasan ke dalam lubang gerekan dan ditutup dengan pasak kayu. Insektisida yang umum digunakan adalah Furadan dan Matador.

Gambar 8. A, B, C, D. Serangga Hindola sp. pada cengkeh, E dan F. Pohon cengkeh terserang BPKC di Desa Kalipucang Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

Organisme Pengganggu Tumbuhan lainnya yang cukup merugikan petani cengkeh adalah serangan penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC) yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas syzygii. Penyebaran penyakit BPKC dibantu oleh serangga vektor yaitu Hindola sp. yang ditemukan pada pertanaman cengkeh di Kabupaten Pasuruan. Serangga Hindola sp. menyerang pucuk-pucuk daun cengkeh yang mulai bersemi. Serangga Hindola sp. menusuk dan menghisap cairan yang terdapat pada pucuk daun cengkeh. Serangga Hindola sp. membawa bakteri dalam tubuhnya. Pada saat menusuk dan menghisap serangga turut menularkan bakteri tersebut ke tanaman cengkeh. Sehingga tanaman cengkeh yang awalnya sehat akan tertular BPKC.

Upaya Stabilitasi Produksi Cengkeh di Kabupaten Pasuruan

Dalam rangka usaha meningkatkan dan menjaga stabilitas produksi cengkeh di Kabupaten Pasuruan, maka instansi terkait melalui Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan beberapa tahun sebelumnya sudah melakukan kegiatan Gerakan Serentak (GERTAK) Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan (cengkeh) pada sentra-sentra pertanaman, dengan diikuti bantuan berupa Insektisida, Pupuk Organi, Pupuk An Organik serta Dolomit untuk perbaikan struktur tanahnya.

Gambar . A. Aplikasi Dolomit dan Pupuk Organik, B. Aplikasi Insektisida untuk hama penggerek batang, C. Penyerahan bantuan Insektisisa, Pupuk Organi dan Dolomit

Lokasi di Desa Kemiri Kecamatan Puspo Kabupaten Pasuruan

Gerakan Serentak ini dilakukan pada sentra-sentra Tanaman Cengkeh seperti, Kecamatan, Tutur, Prigen, Puspo, Purwodadi, Purwosari, Pasrepan, Lumbang dan Tosari.

Pengendalian OPT dilakukan dengan pola Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada tanaman cengkeh yaitu dengan menggabungkan beberapa teknik pengendalian seperti kultur teknis, mekanis dan kimia.dan pada daerah tertentu menggunakan aplikasi metabolit sekunder dari jenis jamur dan bakteri. Jenis jamur yang dipakai adalah jamur antagonis Trichoderma sp. dan jamur entomopatogen Beauveria bassiana, sedangkan jenis bakteri yang diambil metablit sekundernya adalah jenis Pseudomonas fluorescens.

Ketiga macam metabolit sekunder tersebut diaplikasikan secara bersamaan dengan cara dicampur. Metode aplikasi yang digunakan adalah memakai cara di tanamn dalam biopori.

Gambar 9. Aplikasi Metabolit Sekunder pada Tanaman Cengkeh di Desa Kalipucang Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

Selain pengendalian menggunakan metabolit sekunder yang di komado oleh Mobil SIANI (Sahabat Setia Petani) dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BB@PPTP) Surabaya, petani juga diajarkan cara pembuatan agens hayati dari golongan jamur. Dalam hal ini dipakai jamur antagonis Trichoderma sp dan jamur entomopatogen Beauveria bassiana. Juga melalui kegiatan Sekolah Lapang Agensia Hayati (SL-AH) di beberapa kelompok tani, diharapkan dengan pelatihan perbanyakan agensia hayati petani bisa memperbanyak sendiri di kelompok tani dapat diaplikasikan sebagai APH dan bahan pembenah tanah untuk meningkatkan kesuburan dan ketahanan tanaman terhadap penyakit dan serangga hama atau diambil metabolit sekundernya.

Melalui beberapa kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang selama ini dihadapi oleh petani cengkeh Kabupaten Pasuruan. Sehingga kedepannya diharapkan produktivitas cengkeh Kabupaten Pasuruan dapat meningkat dan kesejahteraan petani pun meningkat.

Selain tindakan dari sisi pengendalian OPT yang dapat menghambat produktivitas, upaya lain untuk meningkatkan harga cengkeh yang harus dltempuh, diantaranya (1) laju produksi tidak boleh melebihi laju konsumsi, (2) harus diketahui secara tepat kebutuhan cengkeh untuk pabrik rokok, (3) cadangan cengkeh yang dimiliki oleh pabrik rokok harus diinformasikan atau dibatasi jumlah maksimum cadangan yang boleh dimiliki oleh pabrik rokok, (4) sebaiknya para petani membentuk asosiasi agar posisi penawarannya menjadi lebih kuat, (5) impor cengkeh sebaiknya dihentikan untuk sementara waktu dan diberlakukan lagi jika produksi dalam negeri sudah tidak mencukupi. Upaya tersebut tentunya perlu dilakukan dengan harapan pasaran komoditas cengkeh nasional akan lebih prospektif (Sayaka dan Rachman, 1990).

KESIMPULAN

Dari kegiatan ini dapat diambil kesimpulan bahwa menurunnya hasil panen cengkeh di Pasuruan disebabkan antara lain a. kondisi tanaman cengkeh yang sudah cukup tua yaitu lebih dari 30 tahun, b. adanya serangan OPT yang cukup tinggi intensitasnya yaitu hama penggerek batang dan penyakit BPKC,

Tingginya serangan OPT pada pertanaman cengkeh disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani mengenali jenis OPT dan tindakan dalam mengendalikan OPT tersebut. Dengan adanya kegiatan Gertak dan SL-AH yang dilakukan oleh Dinas Pertanian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani baik dalam mengenali jenis OPT yang menyerang lahannya ataupun cara pengendalian yang ramah lingkungan.

Harapan kedepannya akan masa depan cengkeh di Pasuruan adalah petani lebih dapat menikmati hasilnya dengan bantuan dari pihak-pihak terkait, baik bantuan dalam penambahan pengetahuan dan ketrampilan dari segi teknis maupun dari segi pengelolaan pasca panen dan pemasarannya.

Komentar (0)

  1. Belum ada komentar


Tulis Disini