GERAKAN PENGENDALIAN (GERDAL) OPT KOPI TAHUN 2021 DI KABUPATEN PASURUAN - Kabupaten Pasuruan

GERAKAN PENGENDALIAN (GERDAL) OPT KOPI TAHUN 2021 DI KABUPATEN PASURUAN

389x dibaca    2021-12-07 13:56:32    Administrator

GERAKAN PENGENDALIAN (GERDAL) OPT KOPI TAHUN 2021

DI KABUPATEN PASURUAN

Oleh:

Rudi Hartono, SP.

ULPPTP Kabupaten Pasuruan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi (Coffea sp.) merupakan komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, karena mempunyai peranan yang sangat besar sebagai penghasil devisa negara dan sumber pendapatan petani. Pada tahun 2010 luas areal kebun kopi mencapai 1.210.365 Ha dengan produksi 686,92 ton (Ditjenbun, 2013).

95?ri luas areal perkebunan kopi tersebut merupakan perkebunan rakyat. Secara umum pada perkebunan rakyat, peningkatan luas areal tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas dan mutu. Rendahnya produktivitas maupun mutu kopi pada perkebunan rakyat biasanya disebabkan oleh umur tanaman yang sudah tua, kurangnya pemeliharaan / perawatan kebun oleh petani dan adanya serangan hama penyakit (Hasna, 2011).

Adanya serangan /gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) mengakibatkan produksi menurun dapat pada tingkat yang merugikan. Di perkirakan rata – rata 30 % pengurangan hasil dan produk potensial suatu komoditi disebabkan oleh adanya hasil serangan OPT (Kusmiati, 2012).

OPT utama pada tanaman kopi adalah Hypothenemus hampeii, Hemileia vastatrix, Xylosandrus morigerus, Coccus viridis, Cercospora coffeicola, Nematoda, Xyleborus compactus, dan Planococcus citri.

Penanganan masalah OPT diterapkan konsep Pengendalian Hama secara Terpadu (PHT) sesuai dengan Undang–Undang nomor 12 1992 dan PP No 5/1995 yang dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab petani dengan pemerintah. PHT merupakan suatu cara pengelolaan OPT dengan sangat memperhatikan faktor teknis, ekonomi, ekologis dan sosialisasi. Penerapan PHT di bidang perkebunan, pengamatan dan pengendalian terhadap OPT merupakan kegiatan antara dalam pelaksanaan perlindungan tanaman. Pengamatan perlu dilakukan oleh petani secara periodik di kebunnya masing–masing.

Pengamatan dan pemantauan kondisi lingkungan dan serangan berbagai OPT pada tanaman kopi merupakan tujuan didalam pengambilan keputusan tentang tindakan pengendalian OPT yang diperlukan. Mengingat arti penting data dalam PHT maka data serangan OPT dituntut, aktual, up to date, dan deskiptif.

Mengingat kerugian yang ditimbulkan oleh serangan OPT cukup besar baik secara kuantitas maupun kualitas pada tanaman kopi maka Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur melalui Bidang Perlindungan melaksanakan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Kopi yang salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan.

  • Tujuan

Gerakan Serentak Pengendalian OPT pada Tanaman Kopi ini bertujuan untuk:

  • Meminimalisir keadaan dan perkembangan serangan OPT tanaman kopi di wilayah Kabupaten Pasuruan
  • Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan wawasan berpikir petani dalam menangani OPT yang menyerang Tanaman Kopi. melalui sistem menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

1.3. Sasaran

Sasaran Gerakan Serentak Pengendalian OPT pada Tanaman Kopi ini adalah Petani pada Kelompok Tani Mulyorejo Kelurahan Ladug Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan


II. PELAKSANAAN

2.1 Waktu dan Tempat

a. Waktu

Waktu Pelaksanaan Gerakan Serentak Pengendalian OPT pada Tanaman Kopi adalah pada bulan September 2021 dengan perincian kegiatan sebagai berikut :

1. Sosialisasi Gerakan Serentak Pengendalian OPT Tanaman Kopi

2. Pengendalian OPTdengan Aplikasi APH Beauveria bassiana

3. Pemasangan Feromon Hypotan pada kebun Kopi

4. Lanjutan Pemasangan Feromon Hypotan pada kebun Kopi

5. Pengendalian dengan Sanitasi Kebun

6. Pengendalian dengan Pemangkasan

Tabel : Waktu pelaksanaan kegiatan Gertak Tanaman Kopi

No

Hari /Tanggal

Kegiatan

Jumlah HOK

Ket.

1

Senin

6 Sept 2021

Sosialisasi kegiatan Gertak tahun 2021

-

2

Selasa

7 Sept 2021

Pengendalian dengan Aplikasi APH Beauveria bassiana

15

3

Senin

13 Sept 2021

Pemasangan Feromon Hypotan tahap I

15

4

Selasa

14 Sept 2021

Pemasangan Feromon Hypotan tahap I

15

5

Senin

20 Sept 2021

Sanitasi Kebun

15

6

Selasa

21 Sept 2021

Pemangkasan

15

b. Tempat

Tempat Pelaksanaan Gerakan Serentak Pengendalian OPT pada Tanaman Kopi yaitu di kebun kopi milik Pak Abdul Karim Kelompok tani Mulyorejo Kelurahan Ledug Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan.

2.2. Teknis Pelaksanaan

1. Kegiatan Sosialisasi Gerakan Pengendalian OPT pada tanaman kopi dihadiri oleh Kepala Bidang Perlindungan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur (Anik Dwi Nastiti, SP, MMA), Kasi PHT dan Kasi Perlindungan Tanaman Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan. Bahwa kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kopi ini merupakan Sub kegiatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang pelaksanaannya pada tahun 2021.

Agar pelaksanaan kegiatan ini berjalan baik dan lancar maka dimohon semua anggota kelompok tani Mulyorejo berperan aktif melaksanakan masing-masing kegiatan dan tidak segan-segan bertanya, berdiskusi dengan narasumber yang sudah ditunjuk yaitu dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya.

Gambar 1 : Sosialisasi Gerdal

2. Aplikasi APH (Beauveria bassiana)

Agen Pengendali Hayati (APH) yang digunakan adalah cendawan Beauveria bassiana yang merupakan parasitoid hama Penggerek Buah Kopi (PBKo) yang merupakan salah satu hama utama pada tanaman kopi, karena cendawan ini merupakan cendawan yangbersifat hypofag artinya tidak hanya memarasit satu jeis hama saja maka disamping untuk pengendalian hama PBKo juga dapat mengendalian Penggerek cabang (Xylosandrus morigerus) dan penggerek batang (Zeuzera sp) yang keduanya merupakan hama utama juga.

Aplikasi dilakukdan pada pagi hari pukul 06.00 wib dan atau sore hari pukul 16.00 wib. Apabila setelah aplikasi cendawan ini pada malam harinya terjadi hujan maka aplikasi akan di ulang kembali.

Gambar 2. Aplikasi APH

3. Pemasangan Feromon

Feromon yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Hypotan yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang sudah teruji dan hasilnya tidak diragukan lagi.

Hypotan serangga Penggerek Buah Kopi (PBKo, Hypothenemus hampei), yang ramah lingkunganhama ini merupakan buah kopi yang mengakibatkan penurunan produksi dan kualitasnya.

Adapun cara pemasangan perangkap feromon ini di dalam kebun kopi adalah sebagai berikut:

- Hypotan dalam sashet digantungkan dalam perangkap dan diberi lubang kecil dengan cara ditusuk jarum di bagian atasnya

- Perangkap yang dibantu oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur terlebih dahulu dilakukan perangkaian sehingga terbentuk perangkap yang siap di pasang.

- Perangkap diisi air yang dicampur sedikit sabun sebanyak setengah bagian

- Perangkap yang sudah dipasang Hypotan dan sudah diisi air dipasang di antara pohon kopi dengan ketinggian 160-180 cm (sedikit diatas tanaman kopi atau sama dengan tanaman kopi)

- Pemasangan feromon dan pengakap PBKo ini tidak boleh terlalu tinggi dan tidak diperkenankan terlalu rendah mengingat cara terbang dari imago hama PBKo

- Pemasangan perangkap ini diupayakan setelah semua tahapan panen selesai atau saat buah kopi sudah tidak ada di kebun)

Setelah feromon terpasang di kebun maka pada ke esokan harinya perangkap di lihat dan diamati berapa ekor hama yang masuk.

Gambar 3. Pemasangan perangkap Feromon

4. Sanitasi Kebun

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan perpaduan beberapa teknik pengendalian OPT yang dilakukan pada kebun sehingga akan menghasilkan pengurangan populasi OPT sasaran sesuai dengan yang kita harapkan.

Sanitasi kebun dilakukan dengan membersihkan kebun dengan cara pembabatan gulma di dalam kebun dan membuang bahan plastik yang ada di kebun sehingga kebun terlihat bersih dan bebas dari gangguan gulma yang merugikan. Dengan kondisi kebun yang bersih maka kebun terhindar dari kelembaban yang tinggi yang akan mengakibatkan bersarangnya hama dan penyakit.

Gambar 4. Sanitasi Kebun

5. Pemangkasan

Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan pada kebun kopi yang sudah menyelesaikan semua tahapan panen, kegiatan ini biasa disebut dengan Pangkasan Lepas Panen (PLP) atau beberapa daerah menyebutnya dengan Panglepan.

Kegiatan ini bertujuan untuk membuang cabang-cabang tidak berguna dan mengganggu pertumbuhan cabang B0 yang diharapkan untuk persiapan produksi tahun berikutnya.

Pelaksanaan pemangkasan harus hati-hati agar tidak sampai terjadi kekeliruan potong yang akan mengakibatkan penurunan produksi di tahun mendatang.

Adapun jenis cabang yang harus dipangkas adalah :

- Tunas air (wiwilan)

- Cabang balik

- Cabang B3 (Cabang yang berbuah 3 kali)

- Cabang lanang / cabang kipas

- Cabang cacing (rawis)

- Cabang kering

- Cabang terserang hama penyakit

Gambar 5. Pemangkasan

III. HASIL PELAKSANAAN

3,1 OPT Penting Yang ditemukan pada Tanaman Kopi

1. Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)

Taksonomi

Gejala Serangan

Pada umumnya H. hampei menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam biji (Tobing et al., 2006).

L

2. Xylosandrus morigerus (Penggerek cabang kopi)

Taksonomi


Gambar 8. X. morigerus

Gejala Serangan

Kumbang ini disebut bubuk cabang ini menyerang tanaman Kopi, Serangannya menyebabkan ranting atau cabang mati dan daun-daun menjadi layu, Hama ini Biasanya lebih senang menyerang cabang/ranting yang tua/sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang ini membuat lubang masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga pohon tidak berbuah. Kematian ranting akibat serangan serangan Xylosandrus sp. dapat menurunkan hasil panen yang cukup berarti. Tanaman inangna berupa kopi, umumnya kopi robusta. Jenis kopi lainnya kurang disukai, Tanaman inang lainnya teh, avokad, mahoni

3. Planococcus citri ( Kutu dompolan).

Taksonomi

Gambar 9: Planococcus citri (Kutu dompolan)

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Hemiptera

Suborder : Sternorrhyncha

Superfamily : Coccoidea

Family : Pseudococcidae

Gejala Serangan

Tunas bunga, bunga, dan buah muda yang terserang akan mengering dan gugur. Buah - buah yang sudah dewasa dan masak tidak gugur tetapi akan mengalami hambatan pertumbuhan sehingga berkerut dan masak sebelum waktunya. Kutu menyerang tangkai buah dan meninggalkan bekas berwarna kuning kemudian kering sehingga banyak buah yang gugur. Pada bagian tanaman yang terserang tampak dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapas.

Hama ini juga akan membuat tanaman kopi menjadi kurang berkualitas ciri yang bisa kita lihat dengan ciri menyerang bagian buah yang seperti terlilit bubuk putih.biasanya hama ini akan muncul akibat pohon naungan yang terlalu gelap. Potong sebagian ranting pohon di sekitar tanaman kopi supaya udara dan sinar matahari lebih bisa masuk menyinari kopi.

4. Coccus viridis

Taksonomi

Gambar 10. Hama Kutu Hijau (C. viridis)

Gejala Serangan C. viridis

Kutu tempurung (C. viridis) mengeluarkan embun madu, yang menyebabkan timbulnya cendawan jelaga yang akan menutup daun kopi pada pembibitan. Selain menutupi daun, embun jelaga juga akan menutupi buah kopi sehingga akan mempengaruhi proses asimilasi. Kutu tempurung hidup berkelompok di pangkal daun, tampak kutu kecil berwarna putih kehijauan, dan banyak semut di sekitarnya. Kutu tempurung juga menyerang tunas di bagian bawah daun, terutama dekat tulang daun dan buah muda. Kutu mengisap cairan tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil dan daun baru lambat tumbuh. Akhirnya tanaman mengering dan layu.

5. Penyakit Hemileia vastatrix (Karat Daun Kopi)

Klasifikasi ilmiah dari Hemileia vasatrix

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Pucciniomycetes

Ordo : Pucciniales

Genus : Hemileia

Spesies : Hemileia vasatrix

Penyakit Karat daun kopi disebabkan oleh jamur H. vastatrix. Patogen ini dapat menyerang tanaman di pembibitan maupun tanaman dewasa, dan merupakan termasuk dalam penyakit penting di Indonesia.

Patogen ini termasuk kedalam famili Urediaceae, dan ordo Uredinales. Gejala serangan pada daun yaitu timbul bercak kuning kemudian berubah menjadi coklat. Permukaan bercak pada sisi bawah daun terdapat uredospora seperti tepung berwarna oranye/jingga. Pada serangan berat, pohon tampak kekuningan, daun gugur dan akhirnya pohon menjadi gugur (Malik, 2013).

Penyebaran patogen dapat terjadi melalui air (kelembaban tinggi), angin, spesies Trips tertentu dan manusia (Sukamto, 1998 dalam Pangestu, 2012).

Gejala serangan

Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak – bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daun, kemudian berubah menjadi kuning tua, menghitam, lalu mengering. Di bagian bawah daun terbentuk tepung berwarna oranye, daun yang parah akan rontok, sehingga lambat laun tanaman menjadi gundul. Tanaman akan kehabisan cadangan amilum dalam akar dan rantingnya, yang akan berakibat kematian pada tanaman. Pada kopi Arabica, penyakit ini menjadi masalah utama.

3.2 Pengamatan Pasca Gerdal (Aplikasi)

Pengamatan pasca aplikasi dilakukan selama 1,5 bulan (± 10 kali pengamatan). Pengamatan dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi APH dan kegiatan lainnya terhadap populasi OPT sasarannya (tabel pengamatan terlampir).

Pengamatan juga dilakukan pada kebun sekitar (sebagai kontrol) dengan jumlah pohon sampel yang sama dan dipilih secara acak

Data yang diperoleh selama pengamatan ditabulasikan untuk selanjutnya diolah secara statistik dengan uji-t pada taraf nyata 5%.

Hasil Penerapan PHT Tanaman Kopi

A. Serangan Penggerek Buah Kopi (PBKo) pada buah kopi

Hasil pengamatan di lahan perkebunan kopi di Kelurahan Ledug, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan dengan sistem perlakuan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) dan kontrol sebagai pembanding terdapat serangan PBKo. Hama ini mulai menyerang pada buah muda yang mulai masak dan lebih banyak menyerang pada buah yang sudah tua, serta berkembangbiak di dalam buah kopi

Gambar 12. Gejala buah kopi yang terserang PBKo

Pengamatan dilakukan dengan memilih sampel 10 buah kopi secara sengaja dari empa penjuru mata angin dalam satu pohon. Jumlah sampel yang diamati sebanyak 20 pohon dan dilakukan pengamatan sebanyak 10 kali. Hasil pengamatan dan perhitungan intensitas serangan PBKo disajikan dalam Tabel 1.

IntensitasSeranganPBKo (%)

Pengamatan

PHT

KONTROL

1

5.50

5.25

2

8.50

9.88

3

11.38

14.25

4

14.25

19.00

5

16.38

24.13

6

19.25

29.00

7

22.50

33.25

8

25.13

37.75

9

23.75

41.88

10

21.13

46.88

Rata-rata

16.78

26.13

Tabel 1.Intensitas Serangan PBKo (%) padalahan perlakuan PHT dan control

Hasil Intensitas serangan menunjukkan bahwa jumlah buah kopi yang terserang PBKo pada perlakuan PHT sangat berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol (lampiran 1).

Berdasarkan gejala serangan masing-masing kategori pada buah kopi, dapat dihitung intensitas serangan PBKo.Pengelolaan PHT pada lahan kopi menyebabkan rata-rata intensitas serangan PBKo pada perlakuan PHT (16,78%) sangat berbeda dibandingkan intensitas serangan pada perlakuan control sebesar 26,13%.

Gambar 13.GrafikIntensitasSerangan PBKo pada Kopi

Pengelolaan PHT pada lahan kopi juga mengakibatkan intensitas serangan PBKo pada perlakuan PHT sangat berbeda dengan lahan kontrol. Pengelolaan kebun dengan perlakuan PHT, yaitu dengan pemangkasan rutin dan sanitasi menyebabkan sinar matahari bisa masuk kedalam kebun, sehingga mengurangi intensitas serangan PBKo (Firdaus, 2004). Keberadaan koloni semut hitam d isekitar pohon kopi juga dapat mengganggu PBKo untuk menggerek buah kopi, Penggunaan pathogen Beauveria bassiana selama dua kali juga diduga bisa mengendalikan PBKo. B. bassiana merupakan fungi yang patogenik pada serangga, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia, ternyata dapat menginfeksi hama penggerek buah kopi (PBKo) dan penggerek ranting (Xylosandrussp.) (Suntoro, 1991 dalam Haryono, 1993)

B. SeranganPenggerekCabang (Xylosandrus sp.) pada kopi

Serangan penggerek cabang menyebabkan ranting atau cabang mati dan daun-daun menjad ilayu, Hama ini Biasanya lebih senang menyerang cabang /ranting yang tua/sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih lunak. Kumbang ini membuat lubang masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga pohon tidak berbuah ( Gambar 14 )

Gambar 14.Gejala ranting kopi yang terserang Xylosandrus sp.

Pengamatan penggerek cabang ini dilakukan dengan memilih sampel 4 cabang kopi secara sengaja dari empat penjuru mata angin dalam satu pohon. Jumlah sampel yang diamati sebanyak 20 pohon dan dilakukan pengamatan sebanyak 10 kali. Hasil pengamatan dan perhitungan intensitas serangan Xylosandrus sp.disajikan dalam Tabel2.

IntensitasSeranganXylosandrus sp.

Pengamatan

PHT

KONTROL

1

25.00

22.50

2

27.50

26.25

3

25.00

27.50

4

26.25

30.00

5

23.75

32.50

6

22.50

33.75

7

22.50

36.25

8

17.50

37.50

9

15.00

35.00

10

15.00

31.25

Rata-rata

22.00

31.25

Tabel 2.Intensitas Serangan Xylosandrus sp. (%) pada lahan perlakuan PHT dan kontrol

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah ranting kopi yang terserang Xylosandrus sp.pada perlakuan PHT sangat berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Berdasarkan gejala serangan masing-masing kategori pada ranting kopi, dapat dihitung intensitas serangan Xylosandrus sp.Pengelolaan PHT pada lahan kopi menyebabkan rata-rata intensitas serangan Xylosandrus sp.pada perlakuan PHT (22%) sangat berbeda dibandingkan intensitas serangan pada perlakuan control sebesar 31,15% (Gambar 15).

Gambar 15.GrafikIntensitasSeranganXylosandrus sp.pada Kopi

Fluktuasi intesitas serangan Xylosandrus sp. Pada lahan PHT cenderung menurun, sedangkan pada lahan control cenderung meningkat. Penyebaran penggerek cabang kopi terjadi melalui perpindahan hama dari satu pohon kepohon lainnya.

C. Serangan Penyakit Karat Daun (Hemileia vastatrix) pada kopi

Penyakit Karat daun kopi disebabkan oleh jamur H. vastatrix. Patogen ini dapat menyerang tanaman di pembibitan maupun tanaman dewasa. Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak – bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daun, kemudian berubah menjadi kuning tua, menghitam, lalu mengering. Di bagian bawah daun terbentuk tepung berwarna oranye, daun yang parah akan rontok, sehingga lambat laun tanaman menjadi gundul. Tanaman akan kehabisan cadangan amilum dalama kardan rantingnya, yang akan berakibat kematian pada tanaman (Gambar 16 ).

Gambar 16.Gejala daun kopi yang terserang H. vastatrix

Pengamatan karat daun ini dilakukan dengan menghitung skor dengan kategori serangan ringan, sedang, dan berat dalam satu pohon. Jumlah sampel yang diamati sebanyak 20 pohon dan dilakukan pengamatan sebanyak 10 kali. Hasil pengamatan dan perhitungan intensitas serangan H. Vastatrix disajikan dalam Tabel 3.

IntensitasSerangan Karat daun (%)

Pengamatan

PHT

KONTROL

1

15

23.33

2

20

26.67

3

25

30

4

28.33

33.33

5

30

36.67

6

36.67

38.33

7

35

40

8

33.33

43.33

9

31.67

46.67

10

30

47.62

Rata-rata

28.5

36.60

Tabel3.IntensitasSeranganH. vastatrix (%) pada lahan perlakuan PHT dankontrol

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kopi yang terserang H. vastatrix pada perlakuan PHT sangat berbeda dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Berdasarkan gejala serangan masing-masing kategori pada kopi, dapat dihitung intensitas serangan H. vastatrix. Pengelolaan PHT pada lahan kopi menyebabkan rata-rata intensitas serangan H. vastatrix pada perlakuan PHT (28,5%) sangat berbeda dibandingkan intensitas serangan pada perlakuan control sebesar 36,6% (Gambar 17).

Gambar 17.Grafik Intensitas Serangan H. Vastatrix pada Kopi

Fluktuasi intesitas serangan H. vastatrix padalahan PHT pada awal pengamatan ke 1 sampai 6 meningkat lalu pengamatan selanjutnya menurun, sedangkan pada lahan control cenderung meningkat pada setiap pengamatan. Penyebaran pathogen H. Vastatrix dapat terjadi melalui air (kelembaban tinggi), angin, spesies Thrips tertentu dan manusia Disamping bantuan air, beberapa agensia lain yang berpotensi membantu menyebarkan uredospora adalah angin, spesies trips tertentu, burung dan manusia (Sri-Sukamto,1998). Pemakaian jamur antagonis Trichoderma sp. yang dicampur dengan pupuk kandang pada perlakuan PHT, diduga dapat memberiketahanan terhadap tanaman, sehingga ketika tanaman terserang penyakit dapat pulih kembali.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

  • Kesimpulan
  • Intensitas serangan OPT.Pengelolaan PHT kegiatan Gerdal pada lahan kopi menyebabkan rata-rata intensitas serangan OPT pada perlakuan PHT sangat berbeda dibandingkan intensitas serangan pada perlakuan kontrol
  • Penggunaan Feromon Pada kebun perlakuan PHT kegiatan Gerdal Kopi selain OPT sasaran yang masuk perangkap ada beberapa jenis serangga yang ikut terperangkap.

  • Saran

Berdasarkan hasil Gerdal secara PHT Tanaman Kopi, bahwa intensitas serangan OPT yang ada pada perlakuan PHT Kopi dapat dikendalikan, sehingga penerapan Program PHT menuju pertanian berkelanjutan perlu dikembangkan.

Kedepan agar kegiatan Gerakan pengendalan (GERDAL) OPT Kopi dan OPT komoditas lainnya bisa di tingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya agar manfaatnya dapat lebih diterima petani

Komentar (0)

  1. Belum ada komentar


Tulis Disini