Eksistensi Komoditas Kopi di Tengah Pandemi Covid-19 - Kabupaten Pasuruan

Eksistensi Komoditas Kopi di Tengah Pandemi Covid-19

1341x dibaca    2020-12-28 10:19:36    Administrator

a94fb71120addd49dc60e8cb7f804b78.jpg

Eksistensi Komoditas Kopi di Tengah Pandemi Covid-19

Oleh : Rudi Hartono, SP

ULPPTP Kabupaten Pasuruan

Di tengah tekanan pandemi virus corona, Kopi masih diminati di pasar lokal, nasional maupun internasional. Meskipun pada awal pandemi pemasaran kopi didalam negeri dan ekspor kopi sempat terganggu bahkan terseok-seok, namun kini para pelaku usaha kopi mengaku sudah mulai kembali bergerak meskipun secara perlahan dan bahkan masuk kembali ke pasar luar negeri.

Pandemi Covid- 19 telah berdampak besar pada dunia usaha dalam dan luar negeri. Sejumlah negara bahkan mengalami resesi perekonomian akibat merosotnya pendapatan, turunnya penjualan ritel, turunnya jumlah lapangan kerja, serta terpuruknya industri manufaktur. Namun, sektor pertanian/ perkebunan khususnya komoditas kopi dalam kondisi pandemi masih mengalami peningkatan

Kondisi Kopi Gayo

Menurut pengakuan para pelaku kopi bahwa komoditas ini masih eksis dipasaran bahkan Koperasi Pedagang Kopi (Kopepi) Ketiara yang berkedudukan di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu pelaku usaha kopi yang masih eksis. Menurut Rahmah, ketua Kopepi Ketiara, pada bulan Juni-Juli 2020 pihaknya mengekspor kopi arabika dari Dataran Tinggi Gayo (DTG) ke negara tujuan Amerika dan Eropa sekitar 20 kontainer dengan volume 18-19,2 ton per kontainer. “Perkiraan nilai ekspor sekitar Rp1,5 miliar-Rp1,6 miliar per kontainer,” ujar Rahmah dalam keterangan pers, Kamis (27/8/2020).

Walaupun beberapa negara di kawasan Eropa masih belum membuka kran impor kopi gayo Aceh seperti Inggris dan Prancis, kedepan terus dilakukan komunikasi dengan para pembeli di Eropa untuk dapat mengirimkan kopi gayo tersebut. Hal yang menarik justru terjadi di pasar Amerika dan Eropa karena ditengah pandemi Covid-19 ini, ketika banyak kafé yang hampir tutup, ternyata masih banyak permintaan kopi dari wilayah ini. Justru pandemi ini mengubah pola konsumsi sebagian besar masyarakat Amerika dan Eropa dari konsumsi skala café menjadi konsumsi rumahan.

Ketika masyarakat terkungkung di rumah dengan sedapat mungkin untuk tidak meninggalkan rumah, maka membuat minuman kopi adalah satu cara rehat sejenak. Kegiatan itu menjadi semacam cara memuaskan diri sendiri terutama ketika kita menghabiskan waktu sepanjang hari bekerja di rumah didepan layar komputer atau laptop, melaksanakan tugas, menelpon orang tua atau saudara, menghubungi teman, atau siapa saja maka kopi merupakan minuman yang dapat meningkatkan sesuatu semangat dan bisa memberi kepuasan serta membangkitkan energi.

Pengembangan dan rehabilitasi Tanaman Kopi terus dilakukan

Pemeliharaan Tanaman Kopi dengan pengamatan secara rutin

Kondisi Kopi Lesung Kabupaten Pasuruan

Di pasar lokal maupun nasional kopi terus diminati oleh para penikmatnya. Salah satu pelaku kopi di Kabupaten Pasuruan yang tergabung dalam kelompok tani Candi Mulyo Desa Sekarmojo Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan (Heri Tahan Muji) yang mempunyai produk kopi Lesung bahwa permintaan akan kopi terus meningkat apalagi setelah dibukanya PSBB oleh pemerintah, rata-rata permintaan tiap bulan mencapai 3,5 ton dari dalam kota, luar kota sampai ke luar pulau. Kopi Lesung di produksi berbagai varian, baik greenbean, kopi bubuk dan roastbean sesuai dengan permintaan pasar dengan jenis pengolahan yang bermacam-macam seperti, Natural proses, semi wash, full wash, honey proses sampai wine kopi baik kopi jenis Robusta maupun jenis kopi Arabika yang sangat diminati pelanggannya. Kelompok tani ini adalah salah satu kelompok tani yang menerima kegiatan Pembinaan Sertifikasi Desa Organik Berbasis Komoditas Perkebunan dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya sehingga produk yang dihasilkan adalah produk kopi Organik yang sudah bersertifikat SNI, dan EU (Uni Eropa). Jadi berbagai kegiatan baik budidaya, pengendalian OPT, sampai pada pengolahan di laksanakan secara organik dengan pengawasan ketat oleh pengurus Internal Control Sistem (ICS)

Usaha yang dirintis oleh Heri Tahan Muji (Pengurus kelompok tani Candi Mulyo) sebagai petani milenial ini juga melibatkan cukup banyak tenaga kerja terutama ibu-ibu rumah tangga di sekitar lokasi produksi terutama untuk kegiatan sortasi biji kopi, tenaga pemroses, operator mesin dan sales pemasaran yang selalu bersemangat sehingga mereka bisa menambah pendapatan untuk keluarganya. Jadi hasil usaha kelompok tani ini bisa dinikmati oleh banyak orang.

Heri Tahan Muji Perintis Kopi Lesung (pengurus kelompok tani Candi Mulyo)

Ibu-ibu yang melakukan sortasi biji kopi di Kelompok tani Candi Mulyo

Kondisi Ekspor Kopi

Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono, mengatakan “peluang ini harus tetap kita tangkap, tentunya dengan didukung oleh kelancaran sarana distribusinya, terutama memanfaatkan platform online/e-commerce”. Beliau menambahkan, sebagaimana data BPS yang diolah Ditjen Perkebunan bahwa ekspor kopi Indonesia ke Uni Eropa periode Januari hingga April 2020 tercatat sebesar 269.000 ton atau senilai US$58,9 juta. Dari volume tersebut 93% tujuan ekspor kopi Indonesia adalah ke negara Italia, Spanyol, Belgia, dan Jerman. Ekspor ke Amerika pada periode yang sama sebesar 207.000 ton atau senilai US$83,8 juta.

Brasil, selaku negara produsen kopi terbesar di dunia, mengalami tahun yang luar biasa. Panen kopi lazimnya naik-turun dari tahun ke tahun lantaran jenis kopi premium yang mayoritas ditanam di Brasil—arabica—punya siklus dua tahunan. Walau ada beragam upaya agar penghasilan tahunan lebih konsisten, masih terdapat penurunan produksi kopi saat arabica sedang tidak musim panen.

Akan tetapi, 2020/2021 bakal menjadi tahun terbaik dalam catatan produksi kopi di Brasil karena negara itu memproduksi 67.9 juta karung kopi, yang setiap karungnya berbobot 60 kilogram. Jumlah itu lebih banyak tiga juta karung jika dibandingkan produksi arabica tahun sebelumnya

Sedangkan Indonesia memiliki keunggulan agroekosistem yang sangat kaya sehingga dari berbagai daerah di Indonesia muncul aneka kopi specialty (Arabika) dan Fine Robusta dengan cita rasa dan aroma yang berbeda. Ini menjadi pekerjaan rumah dan harus didorong bagaimana menyesuaikannya dengan selera, standar, dan kebutuhan negara pembelinya. Untuk mendorong peningkatan nilai tambah produk kopi, perlu dimanfaatkan peluang-peluang dari perundingan PTA, FTA, dan CEPA. Promosi dan standar kualitas produk merupakan kunci ekspor kopi Indonesia.

Daftar Pustaka :

https://industri.kontan.co.id/news/di-tengah-pandemi-ekspor-kopi-gayo-aceh-masih-bisa-tembus-ke-as

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4339881/bangga-ekspor-kopi-kerinci-tembus-pasar-eropa-di-masa-pandemi

https://prbandungraya.pikiran-rakyat.com/ekonommi/pr-26598498/ekspor-kopi-indonesia-ke-swiss-melonjak-naik-saat-pandemi-covid-19

https://money.kompas.com/read/2020/12/10/200659926/di-tengah-pandemi-subsektor-perkebunan-masih-tumbuh-positif-dan-sumbang-ekspor?page=all.

Komentar (0)

  1. Belum ada komentar


Tulis Disini