PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT(PEMANFAATAN KOMPOS DAN KOTORAN TERNAK) - Kabupaten Pasuruan

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT(PEMANFAATAN KOMPOS DAN KOTORAN TERNAK)

3673x dibaca    2022-06-24 12:44:21    Administrator

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT

(PEMANFAATAN KOMPOS DAN KOTORAN TERNAK)

Oleh:

Rudi Hartono, SP.

ULPPTP Kabupaten Pasuruan

Permasalahan pupuk bersubsidi sudah bukan rahasia lagi, banyak petani dibuat bingung dan sampai pada titik tidak bisa beli pupuk an organik (kimia), beberapa Petani mencoba keluar dari permasalahan tersebut dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita yang rata-rata mereka juga peternak..

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan petani secara optimal di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sayangnya masih ada kotoran ternak tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pupuk. Keluhan petani saat terjadi kelangkaan atau mahalnya harga pupuk non organik (kimia) dapat diatasi dengan menggiatkan kembali pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos.

Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi dan bahan seperti serbuk gergaji atau sekam, jerami padi dll, yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos, selain ditambah serbuk gergaji, atau sekam, jerami padi dapat juga ditambahkan abu dan kalsit/kapur. Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak di petani/peternak juga memiliki kandungan nitrogen dan potassium, di samping itu kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos.

Proses
Prinsip yang digunakan dalam pembuatan kompos adalah proses pengubahan limbah organik menjadi pupuk organik melalui aktivitas biologis pada kondisi yang terkontrol. Bahan yang diperlukan adalah kotoran sapi : 80 – 83%, serbuk gergaji (bisa sekam, jerami padi dll) : 5%, bahan pemacu mikroorganisame : 0.25%, abu sekam : 10% dan kalsit/kapur : 2%, dan juga boleh menggunakan bahan-bahan yang lain asalkan kotoran sapi minimal 40%, serta kotoran ayam 25 %

Tempat pembuatan adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4 bagian (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut ternaungi agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Prosesing pembuatannya adalah pertama kotoran sapi (fases dan urine) diambil dari kandang dan ditiriskan selama satu minggu untuk mendapatkan kadar air mencapai ¬+ 60%, kemudian kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut dipindahkan ke lokasi 1 tempat pembuatan kompos dan diberi serbuk gergaji atau bahan yang sejenis seperti sekam, jerami padi dll, serta abu, kalsit/kapur dan stardec sesuai dosis, selanjutnya seluruh bahan campuran diaduk secara merata. Setelah satu minggu di lokasi 1, tumpukan dipindahkan ke lokasi 2 dengan cara diaduk/dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan. Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga mencapai 70 derajat celcius untuk mematikan pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan dapat bebas dari biji gulma.

Cara Membuat Pupuk Kandang/Kompos

Kompos/Pupuk Kandang merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pupuk organik.

Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk kompos. Kompos dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos.

Penggunaan Kompos/Pupuk Kandang sangat baik sebagai pupuk tanaman terutama sayur sebagai bahan pokok sehari-hari. Agar hasil tanaman berkualitas dan tidak mengandung resiko bahan kimia yang bisa menyebabkan berbagai faktor penyakit maka pakailah pupuk yang alami seperti Kompos/Pupuk Kandang.

Contoh sepele yakni sayur yang memakai pupuk non organik ulat saja tidak doyan makan daunnya. Maka tak heran dipasaran banyak sayur yang kelihatan bagus dan bersih. Padahal menurut hasil penelitian, sayuran yang baik dikonsumsi adalah sayuran yang terdapat sisa-sisa daun dimakan ulat sebagai bukti sayur tersebut bebas dari bahan kimia atau paling tidak hanya 70 % bahan kimianya.

Berikut langkah – langkah membuat pupuk Kompos dari kotoran hewan:

Persiapan Alat dan Bahan

a. Peralatan

  • Sekop/Cangkul
  • Saringan/ayakan
  • Timbangan
  • Sepatu boot
  • Sarung tangan

b. Bahan

  • Kotoran Ternak (2 ton/2000 kg)
  • Starter Stardec 0.25 % (5 kg)
  • Bahan Organik (sisa pakan/rumput alang-alang) secukupnnya
  • Kapur 3 % (60 kg)

Proses Pembuatan Pupuk Kompos

a. Penimbangan

Bahan yang sudah disiapkan ditimbang terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan standar formulasi yang sudah ditentukan. Persentase penggunaan bahan tambahan disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku kotoran sapi agar dalam proses dekomposisi sesuai dengan apa yang diharapkan.

b. Pencampuran

Pencampuran bahan dilakukan dengan menaburkan bahan-bahan lain pada tumpukan kotoran sapi dengan komposisi;Kotoran Ternak (2 ton/2000 kg), Starter Stardec 0.25 % (5 kg), Bahan Organik (sisa pakan/rumput alang-alang) secukupnnya dan Kapur 2.5 % (50 kg) Penaburan dilakukan sedikit demi sedikit agar bahan tambahan tercampur dengan baik/ homogen.

Pencampuran bahan dan dekomposer

c. Penumpukan

Tumpukan bahan dibuat dengan diameter tinggi 1.5 sampai 2 meter dan panjang 2 meter membentuk kerucut. Hal ini bertujuan untuk mencapai temperatur tumpukan yang maksimum yaitu 60-70 ºC, hal ini dimaksudkan agar bahan baku kompos cepat dipanen.

d. Monitoring

Pengontrolan dilakukan selama proses dekomposisi berlangsung yaitu setiap satu minggu sekali dengan melihat perubahan yang ditimbulkan. Pada proses dekomposisi, perubahan yang dihasilkan bisa dilihat pada waktu pembalikan berlangsung, yaitu suhu panas yang ditimbulkan bahan baku yang terdekomposisi, tekstur, aroma dan warna.

e. Pembalikan

Pembalikan dilakukan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air (60 % kadara air bahan), serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.

f. Pendinginan

Setelah proses pengomposan berjalan selama 30-40 hari suhu tumpukan akan semakin menurun. Pada saat itu bahan kompos akan lapuk dan terlihat berwarna coklat tua serta tidak menimbulkan bau amoniak. Proses pendinginan berjalan selama 15 hari sampai kompos terasa dingin mencapai suhu ruangan yaitu 25 ºC.

g. Penyaringan

Penyaringan dilakukan setelah proses pendinginan selesai sampai kompos benar-benar matang. Penyaringan bertujuan untuk menyelaraskan ukuruan partikel kompos serta memisahkan bahan-bahan yang tidak diharapkan seperti plastik atau benda yang tidak terdekomposisi.

h. Panen/Pengemasan

Pengemasan bisa dilakukan dengan menggunakan karung atau wadah plastik, kompos sebaiknya disimpan di dalam gudang yang aman dari rayap dan kecoa serta terlindung dari hujan dan sinar matahari. Setelah itu kompos sudah bisa digunakan atau dipakai untuk keperluan pertanian.

Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Kompos berfungsi sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman.

Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda.

Pupuk Bokashi,

Pengertian Pupuk Bokashi kurang lebih dapat diartikan sebagai “Bahan Organik yang telah difermentasikan”. Berarti Bokashi adalah hasil fermentasi atau peragian bahan-bahan organik seperti sekam, serbuk gergaji, jerami, kotoran hewan atau pupuk kandang, dan lain-lain bahan organik. Bahan-bahan tersebut difermentasi dengan bantuan microorganism activator untuk mempercepat prosesnya. Ada pula yang mengartikan bahwa BOKASHI adalah kependekan dari Bahan Organik Kaya Sumber Hayati.

Dalam pembuatan Pupuk Bokashi pola HCS, SOT HCS digunakan sebagai aktivator. Efek lain dari sistem pupuk bokashi ini adalah bahwa hasil fermentasi tidak se-bau cara konvensional misalnya pada pupuk kompos. Proses pembuatan pupuk bokashi juga relatif lebih cepat dibandingkan pupuk kompos.

Pupuk organik atau Pupuk Bokashi ala HCS, selain proses pembuatannya cepat, hasil tidak terlalu bau, juga dapat menekan timbulnya jamur atau fungi dan gulma setelah selesai proses pembuatan pupuk, seperti yang timbul pada sistem Bokashi biasa.

Oke, cukup ya pengantarnya…..kita langsung saja ke praktek cara pembuatan pupuk Bokashi HCS, simak ya baik-baik :

Di sini kita rencanakan pembuatan Pupuk Bokashi dengan bahan dasar kotoran ternak seberat 200 kg. Kalau misalnya anda mau membuat kurang atau lebih dari 200 kg, ya tinggal hitung aja lah sendiri perbandingan bahan dan obat yang harus digunakannya.

Alat-alat yang dibutuhkan :

  1. Terpal, ini adalah untuk alasnya. Bisa juga bahan lain digunakan, yang penting bisa digunakan sebagai alas untuk pencampuran bahan.
  2. Sekop, ini gunanya untuk mengambil dan mencampur bahan.
  3. Drum atau gentong plastik. Penulis sarankan gentong plastik, supaya mudah untuk membersihkannya nanti, selain itu bisa lebih awet karena tidak akan karatan.
  4. Ember plastik, siapkan yang volume-nya sampai 10 liter. Gunanya nanti buat nyampur-nyampur larutan dan obat.
  5. Sprayer, atau semprotan tangan. Dipakai agar obat dapat tersebar dengan rata.

Komentar (0)

  1. Belum ada komentar


Tulis Disini