GERAKAN PENGENDALIAN (GERDAL) OPT KOPI TAHUN 2022
DI KELOMPOK TANI AMPELSARI MAKMUR I DESA TAMBAKSARI KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN PASURUAN
Oleh:
Rudi Hartono, SP.
ULPPTP Kabupaten Pasuruan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia salah satunya adalah komoditas ekspor yaitu Kopi (Coffea), karena mempunyai peranan yang sangat besar sebagai penghasil devisa negara dan sumber pendapatan petani. Pada tahun 2010 luas areal kebun kopi mencapai 1.210.365 Ha dengan produksi 686,92 ton (Ditjenbun, 2013).
Di negara kita 95% dari luas areal perkebunan kopi tersebut merupakan perkebunan rakyat. Secara umum pada perkebunan rakyat, peningkatan luas areal tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas dan mutu. Rendahnya produktivitas maupun mutu kopi pada perkebunan rakyat biasanya disebabkan oleh umur tanaman yang sudah tua, kurangnya pemeliharaan / perawatan kebun oleh petani dan adanya serangan hama penyakit (Hasna, 2011).
Adanya serangan /gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) mengakibatkan produksi menurun dapat pada tingkat yang merugikan. Di perkirakan rata – rata 30 % pengurangan hasil dan produk potensial suatu komoditi disebabkan oleh adanya hasil serangan OPT (Kusmiati, 2012).
OPT utama pada tanaman kopi adalah Hypothenemus hampeii, Hemileia vastatrix, Xylosandrus morigerus, Coccus viridis, Cercospora coffeicola, Nematoda, Xyleborus compactus, dan Planococcus citri.
Penanganan masalah OPT diterapkan konsep Pengendalian Hama secara Terpadu (PHT) sesuai dengan Undang–Undang nomor 12 1992 dan PP No 5/1995 yang dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab petani dengan pemerintah. PHT merupakan suatu cara pengelolaan OPT dengan sangat memperhatikan faktor teknis, ekonomi, ekologis dan sosialisasi. Penerapan PHT di bidang perkebunan, pengamatan dan pengendalian terhadap OPT merupakan kegiatan antara dalam pelaksanaan perlindungan tanaman. Pengamatan perlu dilakukan oleh petani secara periodik di kebunnya masing–masing.
Pengamatan dan pemantauan kondisi lingkungan dan serangan berbagai OPT pada tanaman kopi merupakan tujuan didalam pengambilan keputusan tentang tindakan pengendalian OPT yang diperlukan. Mengingat arti penting data dalam PHT maka data serangan OPT dituntut, aktual, up to date, dan deskiptif.
Mengingat kerugian yang ditimbulkan oleh serangan OPT cukup besar baik secara kuantitas maupun kualitas pada tanaman kopi maka Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur melalui Bidang Perlindungan melaksanakan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Kopi yang salah satunya dilaksanakan di Kabupaten Pasuruan.
Gerakan Pengendalian OPT pada Tanaman Kopi ini bertujuan untuk:
1.3. Sasaran
Sasaran Gerakan Pengendalian OPT pada Tanaman Kopi ini adalah Petani pada Kelompok Tani Ampelsari Makmur I Desa Tambaksari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan
II. PELAKSANAAN
2.1 Waktu dan Tempat
a. Waktu
Waktu Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT pada Tanaman Kopi adalah pada bulan April 2022 dengan perincian kegiatan sebagai berikut :
1. Sosialisasi Gerakan Serentak Pengendalian OPT Tanaman Kopi
2. Pengamatan Awal
3. Pengendalian dengan Sanitasi Kebun dan Pembuatan Rorak
4. Pengendalian OPT dengan Aplikasi APH Beauveria bassiana
5. Pengendalian dengan Pembuatan Biopori
6. Pengendalian dengan Pengamatan Akhir
Tabel : Waktu pelaksanaan kegiatan Gertak Tanaman Kopi
No |
Hari /Tanggal |
Kegiatan |
Jumlah HOK |
Ket. |
1 |
Senin 11 April 2022 |
Sosialisasi kegiatan Gertak tahun 2022 |
- |
|
2 |
Selasa 12 April 2022 |
Pengamatan OPT |
15 |
|
3 |
Rabu 13 Sept 2022 |
Sanitasi Kebun dan Pembuatan Rorak |
15 |
|
4 |
Selasa 14 April 2022 |
Pengendalian dengan Aplikasi APH Beauveria bassiana
|
15 |
|
5 |
Senin 18 April 2022 |
Pembuatan Biopori |
10 |
|
6 |
Selasa 26 April 2022 |
Pengamatan Akhir |
15 |
|
b. Tempat
Tempat Pelaksanaan Gerakan Pengendalian OPT pada Tanaman Kopi yaitu di kebun kopi milik Pak Karjo Utomo Kelompok tani Ampelsari Makmur I Desa Tambaksari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan.
2.2. Teknis Pelaksanaan
1. Kegiatan Sosialisasi Gerakan Pengendalian OPT pada tanaman kopi dihadiri oleh Kepala Bidang Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pasuruan, Camat Purwodadi, Kepala Desa Tambaksari dan semua anggota kelompok tani Ampelsari Makmur I. Bahwa kegiatan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Kopi ini merupakan kegiatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang pelaksanaannya pada tahun 2022.
Agar pelaksanaan kegiatan ini berjalan baik dan lancar maka dimohon semua anggota kelompok tani berperan aktif melaksanakan masing-masing kegiatan dan tidak segan-segan bertanya, berdiskusi dengan narasumber yang sudah ditunjuk yaitu dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya.
Gambar 1 : Sosialisasi Gerdal
2. Pengamatan Awal
Pengamatan awal merupakan kegiatan awal untuk mengetahui intensitas serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang ada di kebun. Dan dari hasil pengamatan awal tersebut kita bisa menentukan apakah diperlukan pengendalian atau tidak, jika diperlukan pengendalian maka kita bisa menentukan cara dan teknik pengendalian yang akan dilakukan.
Disamping sebagai tolok ukur pengendalian dan cara/ tekniknya pengendaliannya, data hasil pengamatan tersebut juga bisa sebagai data yang kita perlukan dalam statistik luas serangan dan Intensitas serangan OPT Tanaman Kopi.
Gambar 2 : Pengamatan Awal OPT Kopi
3. Sanitasi Kebun dan Pembuatan Rorak
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan perpaduan beberapa teknik pengendalian OPT yang dilakukan pada kebun sehingga akan menghasilkan pengurangan populasi OPT sasaran sesuai dengan yang kita harapkan.
a. Sanitasi kebun dilakukan dengan membersihkan kebun dengan cara pembabatan gulma di dalam kebun dan membuang bahan plastik yang ada di kebun sehingga kebun terlihat bersih dan bebas dari gangguan gulma yang merugikan. Dengan kondisi kebun yang bersih maka kebun terhindar dari kelembaban yang tinggi yang akan mengakibatkan bersarangnya hama dan penyakit. Disamping itu untuk menghadapi musim panen agar buah kopi yang jatuh saat panen mudah terlihat dan terambil sehingga untuk selanjutnya tidak menjadi sarang hama PBKo.
b. Pembuatan Rorak
Pembuatan rorak merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan pada kebun kopi dengan tujuan : sebagai tempat pupuk kandang dan kompos, sebagai pencegah erosi, sebagai upaya pemutusan akar dan sebagai penyimpanan air hujan.
Pelaksanaan pembuatan rorak dilakukan di antara pohon kopi, 2 pohon kopi dibuatkan 1 rorak sehingga dalam 1 ha tanaman dibutuhkan sebanyak 250 rorak dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 30-40 cm dan dalam 40 -50 cm, sedangkan waktu yang tepat adalah pada saat musim penghujan agar tanaman tidak mengalami stres.
|
4. Aplikasi APH (Beauveria bassiana)
Agen Pengendali Hayati (APH) yang digunakan adalah cendawan Beauveria bassiana yang merupakan parasitoid hama Penggerek Buah Kopi (PBKo) yang merupakan salah satu hama utama pada tanaman kopi, karena cendawan ini merupakan cendawan yangbersifat hypofag artinya tidak hanya memarasit satu jenis hama saja maka disamping untuk pengendalian hama PBKo juga dapat mengendalian Penggerek cabang (Xylosandrus morigerus) dan penggerek batang (Zeuzera sp) yang keduanya merupakan hama utama juga.
Agen Pengendali Hayati (APH) yang dipakai berasal dari hasil perbanyakan yang dilakukan di laboratorium BBPPTP Surabaya.
Aplikasi dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 wib dan atau sore hari pukul 16.00 wib. Apabila setelah aplikasi cendawan ini pada malam harinya terjadi hujan maka aplikasi akan di ulang kembali.
|
5. Pembuatan Biopori
Pembuatan Biopori tentunya juga dimaksudkan agar manusia mendapat manfaat, tidak hanya makhluk hidup di dalam tanah saja.
Adapun manfaat dari biopori adalag sebagai berikut :
-. Pengurangan sampah organik di atas tanah kebun
- Penyuburan tanah, karena adanya proses biologis yang mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos
- Pencegah banjir, karena bisa membantu terserapnya air ke dalam lubang biopori
- Penyeimbang air dalam tanah, penghuni tanah seperti cacing bisa membantu menyeimbangkan kadar air di dalam tanah.
- Ketika tanah subur, dan tanaman menjadi lebih subur dan sehat maka OPT tidak mudah masuk ke dalam tanaman, tanaman lebih tahan terhadap beberapa OPT tertentu
6. Pengamatan Akhir
Pengamatan akhir dilakukan pada saat akhir kegiatan atau setelah semua cara / teknik pengendalian yang selesai dilakukan.
Pengamatan akhir menghasilkan data luas serangan dan intensitas serangan OPT di kebun, data tersebut dibutuhkan sebagai indikator dari kegiatan Gerakan Pengendalian Serentak (Gertak) yang dilakukan selama ini apakah berhasil atau tidak atau apakah terjadi penuruan luas dan intensitas serangan OPT di kebun tersebut atau sama atau sebaliknya.
Adapun jenis Orgsninme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang diamati adalah OPT penting tanaman kopi yaitu sebagai berikut :
- Penggerek buah kopi /PBKo (Hypothenemus hampei)
- Penggerek cabang (Xylosandrus morigerus)
- Penggerek batang (Zeuzera sp)
- Kutu Hijau (Coccus viridis)
- Kutu putih (Pseudococcus citri)
- Karat daun (Hemileia vastatrik)
- Bercak daun (Colletotricum sp)
- Jamur upas (Upasia salmonicolor)
Setelah feromon terpasang di kebun maka pada ke esokan harinya perangkap di lihat dan diamati berapa ekor hama yang masuk.
|
III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Berdasarkan hasil Gerdal secara PHT Tanaman Kopi, bahwa intensitas serangan OPT yang ada pada perlakuan PHT Kopi dapat dikendalikan, sehingga penerapan Program PHT menuju pertanian berkelanjutan perlu dikembangkan.
Kedepan agar kegiatan Gerakan pengendalan (GERDAL) OPT Kopi dan OPT komoditas lainnya bisa di tingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya agar manfaatnya dapat lebih diterima petani
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini